Heiligendamm (ANTARA News) - Kelompok Delapan Negara Penguasa Industri (Group 8/G8) mengakhiri pertemuan puncak tahunannya, Jumat, dengan menjanjikan 60 miliar dolar Amerika Serikat untuk memerangi sindroma merapuhnya kekebalan tubuh (AIDS) di Afrika. Selain itu, G8 juga memperingatkan Iran dan Korea Utara (Korut) sehubungan program nuklir yang dilakukan kedua negara tersebut. Tuan rumah pertemuan, yaitu Kanselir Jerman, Angela Merkel, mengatakan bahwa pemimpin G8 sudah mengambil keputusan-keputusan "yang punya jangkauan luas". Pertemuan itu juga menghasilkan suatu kesepakatan penting tentang iklim, meski para aktivis yang dipimpin penyanyi rock, Bono, mencaci acara itu. Presiden Afrika Selatan, Thabo Mbeki, dan Presiden China, Hu Jintao, adalah sebagian dari para pemimpin negara-negara sedang bangkit, yang juga berada di Heiligendamm untuk membahas bantuan bagi negara-negara berkembang. Merkel menyambut rencana memberi 60 miliar dolar ke Afrika guna memberantas AIDS, malaria dan tuberculosis (TBC). G8 juga memperbarui komitmen dua tahun lalu guna menambah bantuan lainnya ke Afrika senilai 50 miliar dolar pertahun mulai 2010. "Kami menyadari kewajiban kami dan ingin memenuhi janji," kata Merkel. Dana 60 miliar dolar itu termasuk 30 miliar dolar yang sudah dianggarkan Washington. Deklarasi G8 juga memperingatkan Iran dan Korut yang memiliki ambisi nuklir, selain memperingatkan Sudan sehubungan "kekejaman" pada konflik di Darfur. Deklarasi itu "mencela" ketidakmauan Iran mentaati tuntutan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) untuk menghentikan pengayaan uranium. Dalam deklarasi itu disebutkan G8 mendukung "pengenaan tindakan lebih lanjut", kecuali jika republik Islam itu memenuhi tuntutan DK PBB. G8 juga mendesak Korut, yang tahun lalu menguji senjata nuklir, menahan diri agar tidak melakukan uji senjata nuklir maupun uji peluncuran Rudal baru. Selainh itu, G8 mendesak Korut menanggalkan semua senjata nuklir dan program nuklir "secara penuh, dapat diverifikasi, dan tidak dapat dipulihkan lagi." Mengenai Darfur di Sudan, G8 mengatakan, "Kami secara mendalam prihatin dengan terjadinya tragedi keamanan dan tragedi kemanusiaan dan G8 mengutuk pemboman yang dilakukan pasukan pemerintah Sudan pada April dan Mei, selain mengutuk serangan pemberontak terhadap tentara Serikat Afrika." "Mereka yang melanggar HAM di Darfur harus bertanggungjawab dan kami akan mendukung usaha untuk membawakan pelaku kekejaman itu ke pengadilan," kata G8. Pertemuan puncak itu tidak berhasil membuat kesepakatan mengenai Kosovo, setelah Presiden Prancis, Nicolas Sarkozy, mengusulkan negara barat selama enam bulan menunda dukungan bagi kemerdekaan provinsi Serbia yang didominasi etnik Albania itu. Presiden Bush telah setuju mempertimbangkan pengurangan "dalam jumlah besar" emisi gas rumah kaca melalui kesepakatan tentang perubahan iklim. "Kami telah menghasilkan keputusan-keputusan yang berdaya jangkau luas dalam persoalan-persoalan inti," kata Merkel. G8 sepakat untuk berusaha mencapai pengurangan besar dari polusi gas rumah kaca dan mengemukakan akan "benar-benar mempertimbangkan" usaha mencapai pengurangan setengah dari emisi secara global pada 2050. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007