"Tantangan bangsa Indonesia saat ini bukan melawan penjajah atau pemberontak, juga bukan melawan kelompok yang ingin mengubah ideologi negara," kata EE Mangindaan ketika menjadi pembicara utama pada seminar "Merawat Kebhinnekaan dalam Meneguhkan Ke-Indonesiaan" di Jakarta, Sabtu, seperti dikutip melalui siaran pers Humas MPR RI.
Menurut Mangindaan, bangsa Indonesia sangat beragam baik suku, agama, ras, antar-gologan, maupun budaya, dan latar belakang daerah.
Bangsa Indonesia yang beragam dan saat ini jumlahnya mencapai 250 juta jiwa, tersebar dari Sabang sampai Merauke ini, menjadi satu Indonesia dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Terus tumbuhnya penduduk Indonesia dan beragam ini yang menjadi tantangan Indonesia, yakni memelihara persatuan dalam keragaman," katanya.
Menurut Mangindaan, bangsa Indonesia membutuhkan kebersamaan dan persatuan dalam menghadapi dinamika masyarakat, sehingga diperlukan kesadaran dan komitmen bersama untuk saling menghormati kemajemukan bangsa.
Konstruksi ke-Indonesiaan, menurut dia, pada dasarnya terbangun dari ruh dan elemen-elemen masyarakat yang heterogen, baik suku, agama, budaya, bahasa, maupun alamnya.
Menurut dia, para pendiri bangsa sangat menyadari bahwa kebijakan harus selalu didasarkan pada prinsip demokrasi yang berbasis kebhinekaan.
"Keberagaman karakteristik suku, agama, latar belakang daerah, dan budaya, tidak menjadi penghalang bagi pendiri bangsa untuk menetapkan pilihannya pada bentuk negara kesatuan," paparnya.
Berdirinya NKRI, kata Mangindaan, melalui perjuangan dengan berbagai peristiwa dan catatan sejarah.
"Jangan pernah melupakan sejarah. Pesan itulah yang harus kita pahami dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini. Sejarah bangsa jangan sampai dilupakan," imbuhnya.
Politisi Partai Demokrat ini menambahkan pengalaman masa lalu mengajarkan bahwa bangsa Indonesia perlu menjadikan keragaman dan segala perbedaan guna mempererat ikatan kebangsaan yang kerap rapuh.
(T.R024/R010)
Pewarta: Riza Harahap
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017