Meksiko (ANTARA News) - Seorang jurnalis foto ditemukan tewas dengan peluru di tubuhnya di pusat Meksiko pada Jumat (6/10), demikian disampaikan pejabat setempat.


Peristiwa tersebut menempatkan 2017 sebagai tahun paling mematikan bagi jurnalis di negara itu.


Edgar Daniel Esqueda (23), yang bekerja untuk Metropoli San Luis dan Vox Populi SLP di negara bagian San Luis Potosi, ditemukan di ibukota negara bagian dengan setidaknya tiga luka peluru di bagian belakang leher, kata pihak berwenang.


Perusahaan tempat Esqueda bekerja menyampaikan telah melaporkan penculikan juru foto itu dari rumahnya oleh orang-orang bersenjata pada Kamis pagi.


Gubernur San Luis Potosi, Manuel Carreras, mengatakan pada sebuah konferensi pers bahwa sebuah penyelidikan sedang dilakukan. Dia tidak mengatakan apakah pembunuhan Esqueda terkait dengan pekerjaannya sebagai jurnalis atau bukan.


Dengan pembunuhan Esqueda, 2017 bisa menjadi tahun paling berdarah bagi jurnalis di Meksiko, menurut kebebasan pers dan kelompok advokasi wartawan Articulo 19.


Esqueda adalah reporter ke-11 yang terbunuh sepanjang tahun ini, kata kelompok tersebut. Angka tersebut sama dengan jumlah total korban pada 2016, yang merupakan angka tertinggi yang tercatat di negara yang diliputi oleh tingkat kriminal dan terkait obat terlarang itu.


Selama 17 tahun terakhir, 111 wartawan terbunuh di Meksiko, yang 38 di antaranya di bawah pemerintahan Presiden Enrique Pena Nieto saat ini.


Reporter Without Borders dan Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) menempatkan Meksiko sebagai negara paling mematikan di dunia untuk wartawan.


Para aktivis telah berulang kali mengkritik jaksa penuntut Meksiko karena gagal untuk menyelidiki sepenuhnya pembunuhan para jurnalis, yang memungkinkan para pembunuhnya beroperasi tanpa hukuman.


Komisi hak asasi manusia Meksiko telah meminta otoritas negara untuk memberikan perlindungan kepada anggota keluarga Esqueda, yang berada di rumah bersama fotografer itu saat diculik secara paksa, menurut Articulo 19.


Saksi mata yang berbicara dengan kelompok tersebut mengatakan Esqueda meminta penculiknya untuk memperlihatkan identitas mereka saat mereka masuk ke rumah tempat dia dan istrinya tinggal, dan mereka menjawab bahwa mereka adalah petugas polisi.


Kepolisian negara mengatakan melalui Twitter bahwa "belum ada tindakan polisi terhadap seorang reporter di ibukota."


"Penjahat, kadang-kadang terhubung dengan aktor negara, tahu bahwa mereka bisa lolos dengan membunuh jurnalis di Meksiko karena kekebalan hukum yang kronis atas kejahatan ini. Selama itu terjadi, kekerasan akan terus berlanjut," kata Alexandra Ellerbeck, koordinator program CPJ untuk Amerika Utara, dalam satu pernyataan.


Esqueda telah melaporkan ancaman bulan lalu kepada kelompok hak asasi manusia yang dikelola pemerintah di San Luis Potosi, kata salah satu rekannya kepada Reuters.

Penerjemah: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017