Surabaya (ANTARA News) - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Prof Ir Mohammad Nuh DEA, Sabtu, membuka Kontes Robot Indonesia (KRI) dan Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI) Tahun 2007 di Graha ITS Surabaya. Dalam pembukaan itu, Prof Nuh menerima alat pukul gong dari robot Edelweis 2000 yang merupakan peserta KRI 2000 dari PENS ITS Surabaya, kemudian robot Edelweis juga melontarkan bola-bola ke arah tiga gong buatan dari jarak sekitar dua meter. Menkominfo menandai pembukaan KRI-KRCI 2007 dengan pukulan gong dengan didampingi Rektor ITS Prof Ir Priyo Suprobo MS PhD yang membacakan sambutan Mendiknas Prof Bambang Sudibyo, dan Ketua Pelaksana KRI-KRCI 2007 Dr Ir Titon Dutono M.Eng (Rektor PENS ITS Surabaya). Menjelang pemukulan gong, Prof Nuh yang merupakan perintis kontes robot di Indonesia itu menyatakan pentingnya enam nilai yang dapat dipetik dari KRI dan KRCI yang digelar setiap tahun itu. "Nilai pertama adalah kita dapat belajar mengenal persoalan dengan baik melalui proposal yang diterima dari panitia lomba, kemudian kita mempelajari nilai merancang desain dan merealisasikan desain," tegasnya. Mantan Rektor ITS 2003-2007 itu menjelaskan nilai lainnya yang tak kalah pentingnya adalah strategi, entertainment, dan sportifitas. "Kalau kita bisa mendesain dengan baik, mengimplementasikan atau merealisasikan dengan baik, maka saat bertanding perlu strategi," ucapnya. Selain itu, katanya, KRI dan KRCI tidak akan menarik dan menyedot ribuan pengunjung bila tak dikelola secara entertainment. "Misalnya pertandingan catur, apa menariknya? Tapi, kontes robot tampak jauh lebih menarik, karena bukan cuma serius tapi ada unsur hiburan," katanya. Nilai sportifitas, katanya, merupakan nilai paling penting, karena nilai sportifitas itu penting dalam kehidupan nantinya. "Kalau kita tidak sportif, maka kita akan di-diskualifikasi, maka hal itu juga akan terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari," paparnya. Sementara itu, Mendiknas Prof Bambang Sudibyo dalam sambutan tertulis yang dibacakan rektor ITS menegaskan bahwa KRI dan KRCR sesungguhnya merupakan realisasi dari ilmu dan teknologi yang didapat dari kampus. "KRI dan KRCI juga membuktikan bahwa bangsa kita itu tidak kalah dari bangsa lain, karena tahun 2001, mahasiswa PENS ITS Surabaya sudah pernah menjadi juara dunia, bahkan mengalahkan tim dari The University of Tokyo yang sangat terkenal itu," tuturnya. Secara terpisah, Ketua Panitia Pelaksana KRI-KRCI 2007, Dr Ir Titon Dutono M.Eng, menjelaskan KRI diikuti 85 tim dari 80 perguruan tinggi (PT) se-Indonesia yang meliputi 40 tim untuk KRI dan 45 tim untuk KRCI. "KRI akan terdiri atas 80 pertandingan pada babak penyisihan dengan bersistem setengah kompetisi dan dibagi dalam delapan grup yang masing-masing grup ada lima tim. Jadi, ada 15 pertandingan sistem gugur pada babak perdelapan hingga final yang setiap pertandingan akan berdurasi tiga menit," tegasnya. Untuk KRCI, katanya, dewan juri akan memandu pertandingan dalam empat divisi, yakni divisi senior beroda sebanyak 20 tim, divisi berkaki 10 tim, divisi expert single robot 12 tim, dan divisi expert swarm tiga tim. Setiap laga robot KRCI berdurasi lima hingga enam menit. KRI 2007 bertema "Pencarian Pulau Komodo" yang mengadopsi tema Robot Contest (Robocon) 2007 di Hanoi, Vietnam, sedangkan KRCI 2007 memiliki tema tetap seperti tahun-tahun sebelumnya yakni Robot Cerdas Pemadam Api yang mengadopsi tema dari kontes serupa di AS.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007