Dubai (ANTARA News) - Dana Moneter Internasional (IMF), Kamis (5/10), menyarankan Arab Saudi untuk tidak terburu-buru melakukan reformasi dan menaikkan harga saat kerajaan kaya minyak itu berupaya merombak perekonomiannya untuk mengatasi rendahnya harga minyak mentah.

Meski IMF memuji program reformasi cukup intens yang dilakukan Arab Saudi, yang ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nonminyak dan membatasi belanja negara, organisasi yang berbasis di Washington itu merekomendasikan penerapan yang berkelanjutan dan konsisten guna menghindari banyak kerugian terhadap pertumbuhan.

"Jika konsolidasi fiskal berjalan terlalu cepat, itu akan berdampak buruk terhadap pertumbuhan" dan menyebabkan kenaikan harga bahan bakar dan listrik, ungkap laporan itu.

Dihadapkan dengan penurunan tajam pendapatan minyaknya menyusul krisis harga pada 2014, Riyadh mencatatkan defisit anggaran sampai 200 miliar dolar Amerika dalam tiga tahun terakhir, dan diperkirakan akan membukukan kekurangan 53 miliar dolar Amerika tahun ini.

Timothy Callen, yang merupakan kepala misi IMF untuk Arab Saudi, mengatakan di web online dari Washington pada Kamis bahwa organisasi tersebut memperkirakan defisit anggaran kerajaan itu menjadi sembilan persen dari produk domestik bruto (PDB) tahun ini, turun dari 17,2 persen pada 2016.

Perekonomian kerajaan itu - yang terbesar di Timur Tengah - juga mengalami konstraksi pada dua kuartal pertama tahun ini akibat penurunan harga dan produksi minyak mentah, demikian AFP. (kn)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017