Jakarta (ANTARA News) - Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menargetkan pemberian nama terhadap sekitar 9.000 pulau di tanah air yang hingga kini belum memiliki nama bisa selesai dalam tiga tahun ke depan atau tahun 2010.
Direktur Pemberdayaan Pulau-pulau Kecil Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (KP3K), DKP, Alex Retraubun di Jakarta, Jumat, menyatakan saat ini dari sekitar 17.500 pulau di Indonesia sebanyak 60 persen diantaranya belum memiliki nama.
"Sejak dua tahun lalu Tim Toponomi (penamaan pulau-pulau) telah melakukan survei terhadap pulau-pulau tersebut dalam rangka pemberian nama," katanya.
Saat ini, tambahnya, proses pembakuan nama terhadap pulau-pulau yang belum bernama dari sekitar 9.000 pulau di tanah air tersebut telah rampung untuk tiga provinsi yakni Gorontalo, Sumatera Selatan dan Sulawesi Utara.
Menurut dia, dari pulau-pulau belum bernama yang masih tersebar di 30 provinsi lainnya itu diharapkan bisa diselesaikan survei lapangannya pada akhir 2007 yang selanjutnya dilakukan pembakuan nama.
Alex mengatakan, upaya pemberian nama terhadap pulau-pulau yang belum memiliki nama memerlukan waktu yang lama karena tim harus mendatangi satu per satu seluruh pulau yang ada di Indonesia yang mana wilayahnya terbentang luas.
Dia mencontohkan, untuk kawasan yang memiliki pulau yang banyak dan tersebar dengan jarak yang berjauhan bisa saja survei yang dilakukan berhari-hari hanya mendapatkan satu pulau seperti yang terjadi di Maluku.
Sebaliknya, untuk pulau yang jaraknya berdekatan seperti Kepaulauan Seribu survei lapangan tidak akan terlalu memakan waktu lama karena dalam 20 menit bisa ditemukan satu pulau.
"Kalau survei lapangan bisa diselesaikan akhir tahun ini hal itu sangat luar biasa karena biasanya sampai 10 tahun," katanya.
Menurut Alex, kemajuan yang dicapai Tim Toponim pulau-pulau tersebut nantinya akan disampaikan dalam Pertemuan Besar PBB Konvensi ke 9 Pembakuan Nama-nama Rupa Bumi yang berlangsung 23 Agustus 2007.
Menyinggung pulau-pulau yang telah diberi nama namun karena sesuatu hal menjadikannya tenggelam, dia mengatakan hal itu tetap penting, terutama untuk kepentingan navigasi, karena dari bekas pulau yang tenggelam tersebut sudah diketahui letak geografisnya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007