Makassar (ANTARA News) - Sekurangnya ada delapan pemain PSM Makassar yang terancam absen saat menjamu Persib Bandung pada laga pekan ke-29 Liga 1 di Stadion Gelora Andi Mattalatta Mattoanging Makassar 15 Oktober mendatang akibat akumulasi kartu kuning.
Pelatih PSM Robert Rene Alberts di Makassar, Kamis, mengatakan ancaman tidak bisa bermain itu sangat mungkin jika para pemain itu kembali mendapatkan kartu kuning ketika menghadapi Pusamania Borneo FC (PBFC) 8 Oktober nanti, sebelum laga dengan Persib.
"Ini (persoalan akumulasi kartu kuning) memang menjadi perhatian kami saat berhadapan dengan PBFC. Semoga para pemain bisa menyelesaikan pertandingan tanpa mendapatkan kartu kuning," katanya.
Untuk delapan pemain PSM yang terancam itu masing-masing Ferdinand Sinaga (2 KK), Syamsul Haeruddin (2 KK), Marc Anthony Klok (8 KK), Ridwan Tawainella (2 KK), Rizky Pellu (6 KK), Titus Bonai (4 KK), Ghozali Soregar (2 KK), dan Zulkifli Syukur (6 KK).
Berdasarkan regulasi Liga 1 2017, pemain yang mengoleksi kartu kuning sebanyak 3, 5, 7, 9, dan seterusnya memang harus menerima sanksi tidak dapat diturunkan pada laga berikutnya.
Melihat besarnya potensi untuk kehilangan banyak pemain, dirinya sejak awal terus mengingatkan pemain untuk bermain lebih cerdas dan dapat mengontrol emosi.
Pelatih asal Belanda itu juga mengaku tidak akan menerima jika ada pemain yang melakukan tindakan bodoh sehingga membuatnya diganjar kartu kuning oleh pengadil lapangan.
"Tindakan seperti melepas kostum saat mencetak gol atau merayakan kemenangan tentu harus dihindari setiap pemain," jelasnya.
Menurut dia, jika pada pertandingan menghadapi PBFC memiliki kesempatan untuk menarik pemain atau PSM dalam keadaan unggul, maka dirinya tentu akan menarik pemain yang berpotensi mendapatkan akumulasi kartu kuning.
"Jadi kita lihat nanti apakah ada peluang untuk menarik pemain yang berpotensi akumulasi. Intinya setiap pemain harus berfikir jernih dan tidak mudah terprovokasi yang justru merugikan tim kedepan," ujarnya.
Pewarta: Abd Kadir
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017