Beijing (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pertemuan dengan Perdana Menteri China Wen Jiabao menegaskan bahwa China adalah mitra strategis Indonesia sehingga kerjasama di segala bidang yang sudah baik perlu ditingkatkan. "Kita harus mepet ke China dan India, jangan keserempet oleh Vietnam. Segala usaha kita lakukan untuk peningkatan kerjasama dengan Cina," katanya seperti dilaporkan ANTARA News dari Beijing, Jumat petang. PM China Wen Jiabao sebaliknya menyatakan kunjungan Kalla ke China yang untuk ketiga kalinya merupakan bukti perhatian yang besar pemimpin Indonesia terhadap negeri yang pertumbuhan ekonominya yang pesat itu. Pada 25 April 2005 di Jakarta, Kepala Negara RI dan China menandatangani Deklarasi Kemitraan Strategis bertepatan dengan ulang tahun ke-55 hubungan diplomatik RI China yang dijalin sejak 13 April 1950. "Kami mengharap rencana aksi dari Kemitraan Strategis itu segera dibentuk untuk diimplementasikan," kata Wen Jiabao kepada Kalla. Dalam pertemuan di Balai Agung Rakyat China itu, Kalla didampingi Dubes RI untuk China Sudrajat, Menteri PU Djoko Kirmanto dan Menteri Pertanian Anton Apriyantono. Sedangkan Wen Jiabao didamping Dubes China untuk Indonesia dan sejumlah pejabat lainnya. Saat ini ada kesepakatan untuk membentuk Plan of Action (PoA) sebagai acuan untuk mengimplementasikan Deklarasi Kemitraan Strategis Indonesia-China itu. Menurut informasi dari pihak KBRI Beijing, draft PoA dari Indonesia sudah dapat diserahkan kepada pemerintah China pada awal paruh kedua 2007 untuk masukan lebih lanjut. Sebelumnya, dalam keterangan pers dengan wartawan Indonesia, Kalla tidak segan-segan memuji perkembangan ekonomi China. "China mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Kita harus berusaha meningkatkan pertumbuhan 7 persen. Kalau sudah 7 persen, gampang naiknya ke 8 persen," katanya. Kalla mengatakan untuk bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan pesat diperlukan pertumbuhan investasi yang signifikan, produktivitas tinggi, perdagangan yang berorientasi ekspor, dan yang paling penting adalah stabilitas. Untuk itu, Kalla menilai peran media sangat penting. "Masak berita demo kecil di Maluku Tengah, misalnya, diberitakan berhari-hari sehingga orang asing yang tidak tahu bisa menilai Indonesia tidak aman untuk investasi," katanya memberi contoh. Kalla juga mengajak untuk memutar ulang "film" Indonesia tujuh tahun terakhir untuk menjawab pertanyaan setelah krisis ekonomi apa yang dibuat bangsa ini. "Apa yang kita lakukan 7 tahun terakhir ini? Film yang kita putar itu menyangkut utang yang besar, kasus BLBI, demo mendemo dan bakar membakar, serta musibah dan bencana. Hampir-hampir tidak pernah berfikir lompatan untuk kemajuan," katanya. Apa yang terjadi, menurut Kalla, adalah selama 7 tahun tidak pernah membuat pengairan, 7 tahun tidak bikin jalan raya yang kuat, dan 7 tahun tidak membuat hal yang besar. Satu-satunya perkembangan yang baik 7 tahun terakhir adalah telekomunikasi, karena tiba-tiba murah membangunnya. "Tahun depan kita ubah pemikiran dengan membuat uang yang lebih untuk membangun infrastruktur seperti pertanian, pendidikan dan kesehatan. Yang lainnya biarkan swasta melakukannya dengan menyediakan iklim usaha yang baik. Supaya target pertumbuhan 7 persen tercapai," demikian Wapres Jusuf Kalla.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007