Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PP PDSKJI) dr Eka Viora Sp.KJ dalam konferensi pers di kantor Kementerian Kesehatan Jakarta, Kamis, mengatakan lingkungan kerja yang buruk juga bisa membuat seseorang menggunakan zat atau alkohol yang berbahaya, ketidakhadiran dalam pekerjaan, dan hilangnya produktivitas.
Selain itu, Eka menerangkan akibat stres di tempat kerja juga bisa berpengaruh pada kehidupan keluarga bahkan menjadikan anak-anak sebagai korban.
"Beban kerja yang numpuk, kalau tidak ada penyaluran, pulang ke rumah bertengkar terus sama istri, anak menjadi korban, karena membawa masalah di tempat kerja," katanya.
Dia menjabarkan bahwa tekanan dalam pekerjaan bisa memengaruhi aspek emosional yang menyebabkan kecemasan, panik, dan mudah marah.
Kondisi tersebut juga memengaruhi fisik seseorang dengan kasus paling sering ialah hipertensi, diabetes, dan gangguan pola makan.
Perilaku pekerja yang mengalami stres, lanjut Eka, juga menurunkan kinerja, sikap menjadi agresif, terdapat konflik intrapersonal.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan Napza Kementerian Kesehatan Fidiansjah memaparkan kondisi pekerja yang stres berpengaruh pada kinerja.
Dia menjabarkan 10 persen dari pekerja mengajukan cuti karena merasa depresi, rata-rata 36 hari kerja hilang karena depresi, dan 50 persen orang dengan depresi tidak mendapat perawatan.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017