Charles, putra mahkota Inggris, dan Camilla akan mengunjungi Asia pada 30 Oktober untuk lawatan selama 11 hari, dengan rencana perjalanan yang bertujuan memperkuat hubungan menjelang KTT Persemakmuran di Inggris pada April 2018.
Media Inggris melaporkan bulan lalu bahwa Kementerian Luar Negeri negara itu mempertimbangkan untuk memasukkan Myanmar ke dalam lawatan itu, meskipun ada kekerasan militer yang terjadi terhadap minoritas muslim Rohingya di sana, yang menurut PBB sama dengan pembersihan etnis.
Namun, saat menyingkap detail rencana perjalanan pada Rabu, Clarence House -- kediaman resmi pangeran dan duchess -- tidak menyebutkan Myanmar, yang juga dikenal sebagai Burma.
Seorang juru bicara merujuk pertanyaan seputar masalah itu kepada Kementerian Luar Negeri.
"Pemerintah mengambil keputusan mengenai kunjungan kerajaan berdasarkan rekomendasi dari Komite Kunjungan Kerajaan, mempertimbangkan nasihat dari Kementerian Luar Negeri dan Persemakmuran," kata juru bicara kementerian.
Mark Farmaner, direktur kelompok advokasi non-pemerintah Burma Campaign Inggris, menyambut pencoretan itu.
"Itu adalah saran konyol dari Kementerian Luar Negeri ... dan kami menyambut baik keputusan untuk menghapus Myanmar dari jadwal yang diusulkan," katanya kepada AFP.
Selama tur mendatang Charles dan Camilla akan bertemu perdana menteri Singapura dan India, serta pejabat senior di Malaysia, yang menjadi tuan rumah Commonwealth Summit pada 2020, demikian AFP.
Penerjemah: Try Reza Essra
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017