Surabaya (ANTARA News) - Gubernur Bank Indonesia (BI), Burhanuddin Abdullah, berpendapat, pertumbuhan perekonomian nasional hendaknya tidak dibangun dengan berlandaskan feodalisme baru dan tidak banyak dirasakan masyarakat banyak. Burhanuddin Abdullah mengemukakan hal tersebut saat memberikan sambutan dalam acara "Refleksi Kebangkitan Nasional" sebagai rangkaian "roadshow" Sidoarjo Bangkit, di Kantor BI Surabaya, Jumat. "Saya setuju dengan pendapat Bapak Muhammad Hatta bahwa kebangkitan nasional untuk kebangkitan ekonomi," ujarnya dalam acara yang dihadiri sejumlah pelaku sejarah Des Alwi, Mayjen (Purn) Soekotjo, mantan Gubernur Jatim M Noer dan Bupati Sidoarjo Win Hendrarso. Namun, lanjutnya, kebangkitan ekonomi hendaknya tidak dibangun dengan landasan feodalisme baru dan hanya dinikmati oleh kalangan minoritas. Kebangkitan nasional, lanjutnya, diharapkan juga diikuti dengan kebangkitan ekonomi. Namun kebangkiatan itu bisa dinikmati banyak kalangan, bukan hanya sejumlah kecil masyarakat Indonesia. Burhanuddin Abdullah dalam sambutannya banyak mengupas mengenai perjalanan sejarah Indonesia saat dijajah Belanda. Pada saat itu, terdapat pembatasan-pembatasan terhadap pribumi. Kendati begitu, dalam kondisi seperti itu, masih ada kelompok yang tetap berjuang dan memberikan perhatian terhadap nasib masyarakat luas untuk memperoleh kebebasan. Jadi, menurut dia, bangsa Indonesia saat ini memiliki hutang kepada generasi pendahulu, yaitu hutang kehormatan. "Karena itu, kita patut bersyukur. Moment peringatan kebangkitan nasional hendaknya diupayakan pula untuk kebangkitan ekonomi," ucapnya, menegaskan. Kebangkitan ekonomi, menurut Gubernur BI, masih harus perlu diraih. Sebab, kebangkitan ekonomi masih harus diperjuangkan dan kebangkitan itu baru akan dicapai beberapa saat kedepan. Caranya, pelaku ekonomi yang kuat, tidak boleh melukai yang lemah. Sementara itu, dalam dialog yang dipandu moderator Parni Hadi, Dirut Radio Republik Indonesia yang juga mantan Pemimpin Umum LKBN ANTARA itu, peserta disuguhi dengan kisah-kisah sejarah yang dialami Meyjen (Purn) Soekotjo dan Des Alwi.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007