Pekanbaru (ANTARA News) - Saruli (60) korban terkaman beruang di Desa Teluk Paman, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar saat ini sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Pekanbaru, Riau merawat intensif
"Luka kecilnya di atas 15 jahitan dan sementara kita menunggu dokter bedah untuk mengobati luka di wajahnya," kata salah seorang dokter Intalasi Gawat Darurat (IGD) yang menangani Saruli, Handra Juanda di Pekanbaru, Selasa.
Dia mengatakan selain luka kecil itu, Saruli menderita luka robek di wajah kepala kanan dan kiri, dada dan lengan. Untuk saat ini, tenaga medis sudah menjahit luka-luka kecil yang ada pada tubuh korban.
Dikatakannya juga bahwa korban sampai di IGD rumah sakit sekitar pukul 15.30 WIB. Berdasarkan kronologis yang diketahuunya kejadian naas menimpa pukul 13.00 WIB saat dia bersama istrinya Bunui (40) sedang menyadap karet.
Istrinya tersebut juga diserang beruang yang akhirnya meninggal dunia. Di rumah sakit, Saruli ditemani anaknya karena anggota keluarga yang lain mengurus istrinya yang meninggal tersebut di Kampar.
Meski mengalami serangan beruang, menurut Dokter Hendra Saruli ketika tiba di RS kondisinya masih sadar."Kondisi Saruli masih sadar penuh," ucap Hendra.
Untuk hasil sementara, Handra belum dapat memastikan apakah luka yang dialami korban diakibatkan dari serangan binatang buas."Kalau serangan binatang belum bisa dipastikan. Yang pasti luka ini akibat benda tajam," tuturnya.
Sebelumnya Kepala Sub Bagian Humas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Riau, Dian Indiarti membenarkan adanya serangan beruang itu. Akibat dari serangan tersebut istri meninggal dunia dan suaminya mengalami kritis.
"Anggota Balai Besar KSDA Riau telah melakukan pendampingan korban di rumah sakit," jelas Dian.
Sementara itu terkait serangan dari beruang, tim dari Balai Besar KSDA Riau telah diturunkan ke lokasi untuk menyiapkan kerangkeng guna penanganan konflik beruang tersebut."Penanganan dilakukan oleh Balai Besar KSDA Riau, Polsek setempat, WWF, aparat desa dan pihak pihak terkait lainnya," ungkapnya.
Pewarta: Bayu Agustari Adha
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017