"Ini sesuatu yang sepenuhnya baru dan berbeda, membuka dunia tak terlihat," kata Royal Swedish Academy of Sciences dalam pernyataan mengenai pemberian hadian senilai sembilan juta crown Swedia (1,1 juta dolar AS) itu.
"Kekayaan penemuan menunggu mereka yang sukses menangkap gelombang-gelombang dan menginterpretasi pesan mereka," kata lembaga itu sebagaimana dikutip Reuters.
Ketiga ilmuwan itu memberikan kontribusi penting pada penelitian gelombang-gelombang gravitasi yang untuk pertama kalinya diobservasi pada 14 September 2015 menurut laman resmi Nobel.
Weiss dari LIGO/VIRGO Collaboration di Massachusetts Institute of Technology di Cambridge dan Thorne dari LIGO/VIRGO Collaboration California Institute of Technology (Caltech) di Pasadena bersama dengan Barish yang juga bekerja di LIGO/VIRGO Caltech mewujudkan penyelesaian proyek, memastikan usaha empat dekade untuk akhirnya mengamati gelombang gravitasi.
Pada pertengahan 1970an, ilmuwan kelahiran Jerman, Weiss (85), sudah menganalisis kemungkinan sumber-sumber bising yang akan mengganggu pengukuran, dan merancang satu detektor berbasis interferometer laser, yang akan mengatasi masalah kebisingan ini.
Sebelumnya Thorne (77) dan Weiss sudah meyakinkan bahwa gelombang gravitasi bisa dideteksi dan membawa revolusi dalam semesta pengetahuan kita menurut komite Nobel.
Gelombang-gelombang gravitasi yang diprediksi Albert Einstein seratus tahun lalu datang dari tabrakan antara dua lubang hitam. Butuh 1,3 miliar tahun bagi gelombang-gelombang itu untuk tiba di pendeteksi Laser Interferometer Gravitational-Wave Observatory (LIGO) di Amerika Serikat.
LIGO, proyek kolaborasi dengan seribu lebih peneliti dari 20 lebih negara, menggunakan sepasang laser interferometer raksasa untuk mengukur satu peluang yang lebih kecil ribuan kali dari inti atom saat gelombang gravitasi melalui Bumi.
Para pemenang Hadiah Nobel Fisika 2017 dengan antusiasme dan tekad mereka masing berperan besar menyukseskan LIGO, kata Komite Nobel.
Penerjemah: Maryati
Editor: Monalisa
Copyright © ANTARA 2017