Kuala Lumpur, Malaysia (ANTARA News) - Terpotong satu hari karena harus menghabiskan satu malam di Dhaka, Bangladesh, ANTARA News hanya bisa berada empat hari di Cox's Bazar, Bangladesh, untuk mereportase keadaan terkini dari setengah juta pengungsi baru Rohingya yang menyelamatkan diri dari kekerasan, intimidasi dan diskriminasi di kampungnya di Rakhine, Myanmar, sejak 25 Agustus 2017.
Visa kunjungan yang hanya tujuh hari memaksa ANTARA News untuk memanfaatkan betul guna menggali sedalam mungkin kesaksian-kesaksian para pengungsi tentang apa yang telah mereka alami, baik di tanah airnya di Myanmar, maupun di kamp-kamp pengungsi yang jumlahnya puluhan dan menampung setengah juta orang di wilayah-wilayah Bangladesh yang berdekatan dengan Myanmar.
Berikut rekaman perjalanan ANTARA News selama empat hari di Cox's Bazar, dari Teknaf sampai Thengkali sampai kamp pengungsian terbesar Rohingya di Kutupalong, dalam rangkaian foto dan cerita-cerita yang membungkus perjalanan di balik foto tersebut.
Kamis 28 September 2017
Sesampainya di Cox’s Bazar setelah mengudara selama 55 menit dari Dhaka menggunakan maskapai utama Bangladesh, Biman Bangladesh Airline, ANTARA News langsung bergabung dengan tim relawan dari Indonesia Humanity Alliance untuk menyalurkan bantuan.
Hari sudah sore ketika kami sampai di situs pembagian bantuan di daerah Ukhia. Hujan selama dalam perjalanan sepanjang jalan kecil seperti jalan kabupaten di Indonesia, menjadi tantangan untuk menyampaikan amanat dari rakyat Indonesia untuk Rohingya. Bantuan puluhan tandan pisang itu ludes dalam waktu tak lebih dari sepuluh menit.
Bantuan dari masyarakat Indonesia lewat Rumah Zakat yang tergabung dalam Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) disalurkan kepada pengungsi Rohingya di Ukhia, dekat perbatasan Bangladesh-Myanmar, 28/9/2017. (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)
Bantuan dari masyarakat Indonesia lewat Rumah Zakat yang tergabung dalam Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) disalurkan kepada pengungsi Rohingya di Ukhia, dekat perbatasan Bangladesh-Myanmar, 28/9/2017. (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)
Jumat 29 September 2017
Sekitar setengah juta warga Rohingya masuk Bangladesh dalam sebulan terakhir. Masif dan betapa cepatnya arus pengungsi Rohingya membuat Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebutnya arus pengungsi paling cepat berkembang di dunia dan sekaligus mimpi buruk kemanusiaan dan hak asasi manusia. Sedangkan majalah terkemuka The Economist menyebut krisis pengungsi Rohingya sebagai yang terburuk sejak genosida etnis Tutsi oleh Hutu di Rwanda pada 1994. Pada hari yang sama, Myanmar menyatakan bantahan keras di PBB bahwa negaranya telah melakukan pembersihan etnis.
Para pengungsi Rohingya masuk dari beberapa pintu, tetapi gerbang mereka utama ke Bangladesh adalah Teknaf yang dipisahkan dari Myanmar oleh Sungai Naf.
Selama sekitar empat jam di Teknaf pada Jumat, 29 September, ANTARA News menyaksikan arus pengungsi Rohingya dari Myanmar terus saja mengalir, kendati tidak semasif sebelumnya. Inilah beberapa foto mengenai para pengungsi Rohingya yang baru tiba beberapa jam sebelum ANTARA News tiba di Teknaf.
Pengungsi rohingya menaiki perahu usai melintasi perbatasan Myanmar-Bangladesh di Teknaf, Cox Bazar, Bangladesh, Jumat (29/9/2017). Setiap hari ribuan pengungsi Rohingya terus berdatangan ke Bangladesh. (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)
Pengungsi Rohingya turun dari perahu usai melintasi perbatasan Myanmar-Bangladesh di Teknaf, Cox Bazar, Bangladesh, Jumat (29/9/2017). Setiap hari ribuan pengungsi Rohingya terus berdatangan ke Bangladesh. (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)
Sabtu 30 September 2017
Ukhia, wilayah setingkat kecamatan, mendadak disesaki manusia setelah setengah juta orang Rohingya eksodus besar-besaran yang hingga kini tak kunjung berhenti. Para relawan dan pekerja bantuan menyatakan shelter-shelter kecil disesaki manusia sudah tidak layak lagi huni, Air bersih dan toilet semakin langka sehingga menimbulkan kekhawatiran malapetaka kesehatan yang akut. "Dari hari ke hari semakin banyak saja pengungsi yang datang dan kini kamp yang ada sudah tak lagi cukup menampung mereka," kata Kepala WFP Karim Elguindi.
Faktanya, kedua foto di kamp pengungsi Jamtoli yang dikunjungi ANTARA News 30 September ini, yang juga menjadi tempat berada posko kesehatan relawan Indonesia Humanitarian Alliance, menjadi bukti mengapa krisis pengungsi Rohingya sudah demikian akut sehingga tak bisa lagi disebut sebagai krisis kemanusiaan yang biasa.
Dua orang anak pengungsi Rohingya berdiri di Kamp Pengungsian Thengkhali, Cox Bazar, Bangladesh, Sabtu (30/9).
Salah satu foto adalah tentang Aisha Begum yang melahirkan bayi empat hari lalu di kamp sempit, sesak dan mengenaskan di salah satu bukit di Jamtoli, Ukhia, Cox's Bazar, Bangladesh.
Minggu 1 Oktober 2017
Pengungsi rohingya menaiki perahu usai melintasi perbatasan Myanmar-Bangladesh di Teknaf, Cox Bazar, Bangladesh, Jumat (29/9/2017). (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)
Mengingat masifnya skala bencana kemanusiaan Rohingya ini, Cox's Bazar seketika menjadi tempat yang sibuk karena menjadi basis untuk organisasi-organisasi bantuan kemanusiaan dari seluruh dunia, termasuk lembaga-lembaga bantuan kemanusiaan Indonesia yang menggabungkan diri dalam Indonesia Humanitarian Alliance atau sebelumnya Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar.
Sejumlah pengungsi Rohingya antri untuk mendapatkan paket makanan dari relawan Indonesia di Kamp Pengungsian Kutupalong, Cox Bazar, Bangladesh, Minggu (1/10/2017). Sejumlah relawan berbagai organisasi yang tergabung dalam Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) menyalurkan 1.000 paket bantuan kepada pengungsi Rohingya. (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)
Hari ini, relawan-relawan kemanusiaan Indonesia mulai menyalurkan bantuan besar-besaran dan pelayanan kesehatan yang luas untuk pengungsi Rohingya. Tim kesehatan mereka memeriksa orang-orang Rohingya yang sakit, dan mengobatinya, sedangkan tim bantuan mereka atau tim relief menyalurkan 1.000 paket bantuan untuk Rohingya. Berikut foto-foto mereka yang terekam ANTARA News.
Relawan medis dari Indonesia dr Corona memeriksa kesehatan pengungsi Rohingya di tenda kesehatan Indonesia, Kamp Pengungsian Jamtoli, Cox Bazar, Bangladesh, Minggu (1/10/2017). (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)
Visa kunjungan yang hanya tujuh hari memaksa ANTARA News untuk memanfaatkan betul guna menggali sedalam mungkin kesaksian-kesaksian para pengungsi tentang apa yang telah mereka alami, baik di tanah airnya di Myanmar, maupun di kamp-kamp pengungsi yang jumlahnya puluhan dan menampung setengah juta orang di wilayah-wilayah Bangladesh yang berdekatan dengan Myanmar.
Berikut rekaman perjalanan ANTARA News selama empat hari di Cox's Bazar, dari Teknaf sampai Thengkali sampai kamp pengungsian terbesar Rohingya di Kutupalong, dalam rangkaian foto dan cerita-cerita yang membungkus perjalanan di balik foto tersebut.
Kamis 28 September 2017
Sesampainya di Cox’s Bazar setelah mengudara selama 55 menit dari Dhaka menggunakan maskapai utama Bangladesh, Biman Bangladesh Airline, ANTARA News langsung bergabung dengan tim relawan dari Indonesia Humanity Alliance untuk menyalurkan bantuan.
Hari sudah sore ketika kami sampai di situs pembagian bantuan di daerah Ukhia. Hujan selama dalam perjalanan sepanjang jalan kecil seperti jalan kabupaten di Indonesia, menjadi tantangan untuk menyampaikan amanat dari rakyat Indonesia untuk Rohingya. Bantuan puluhan tandan pisang itu ludes dalam waktu tak lebih dari sepuluh menit.
Bantuan dari masyarakat Indonesia lewat Rumah Zakat yang tergabung dalam Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) disalurkan kepada pengungsi Rohingya di Ukhia, dekat perbatasan Bangladesh-Myanmar, 28/9/2017. (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)
Bantuan dari masyarakat Indonesia lewat Rumah Zakat yang tergabung dalam Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) disalurkan kepada pengungsi Rohingya di Ukhia, dekat perbatasan Bangladesh-Myanmar, 28/9/2017. (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)
Jumat 29 September 2017
Sekitar setengah juta warga Rohingya masuk Bangladesh dalam sebulan terakhir. Masif dan betapa cepatnya arus pengungsi Rohingya membuat Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebutnya arus pengungsi paling cepat berkembang di dunia dan sekaligus mimpi buruk kemanusiaan dan hak asasi manusia. Sedangkan majalah terkemuka The Economist menyebut krisis pengungsi Rohingya sebagai yang terburuk sejak genosida etnis Tutsi oleh Hutu di Rwanda pada 1994. Pada hari yang sama, Myanmar menyatakan bantahan keras di PBB bahwa negaranya telah melakukan pembersihan etnis.
Para pengungsi Rohingya masuk dari beberapa pintu, tetapi gerbang mereka utama ke Bangladesh adalah Teknaf yang dipisahkan dari Myanmar oleh Sungai Naf.
Selama sekitar empat jam di Teknaf pada Jumat, 29 September, ANTARA News menyaksikan arus pengungsi Rohingya dari Myanmar terus saja mengalir, kendati tidak semasif sebelumnya. Inilah beberapa foto mengenai para pengungsi Rohingya yang baru tiba beberapa jam sebelum ANTARA News tiba di Teknaf.
Pengungsi rohingya menaiki perahu usai melintasi perbatasan Myanmar-Bangladesh di Teknaf, Cox Bazar, Bangladesh, Jumat (29/9/2017). Setiap hari ribuan pengungsi Rohingya terus berdatangan ke Bangladesh. (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)
Pengungsi Rohingya turun dari perahu usai melintasi perbatasan Myanmar-Bangladesh di Teknaf, Cox Bazar, Bangladesh, Jumat (29/9/2017). Setiap hari ribuan pengungsi Rohingya terus berdatangan ke Bangladesh. (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)
Sabtu 30 September 2017
Ukhia, wilayah setingkat kecamatan, mendadak disesaki manusia setelah setengah juta orang Rohingya eksodus besar-besaran yang hingga kini tak kunjung berhenti. Para relawan dan pekerja bantuan menyatakan shelter-shelter kecil disesaki manusia sudah tidak layak lagi huni, Air bersih dan toilet semakin langka sehingga menimbulkan kekhawatiran malapetaka kesehatan yang akut. "Dari hari ke hari semakin banyak saja pengungsi yang datang dan kini kamp yang ada sudah tak lagi cukup menampung mereka," kata Kepala WFP Karim Elguindi.
Faktanya, kedua foto di kamp pengungsi Jamtoli yang dikunjungi ANTARA News 30 September ini, yang juga menjadi tempat berada posko kesehatan relawan Indonesia Humanitarian Alliance, menjadi bukti mengapa krisis pengungsi Rohingya sudah demikian akut sehingga tak bisa lagi disebut sebagai krisis kemanusiaan yang biasa.
Dua orang anak pengungsi Rohingya berdiri di Kamp Pengungsian Thengkhali, Cox Bazar, Bangladesh, Sabtu (30/9).
Salah satu foto adalah tentang Aisha Begum yang melahirkan bayi empat hari lalu di kamp sempit, sesak dan mengenaskan di salah satu bukit di Jamtoli, Ukhia, Cox's Bazar, Bangladesh.
Minggu 1 Oktober 2017
Pengungsi rohingya menaiki perahu usai melintasi perbatasan Myanmar-Bangladesh di Teknaf, Cox Bazar, Bangladesh, Jumat (29/9/2017). (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)
Mengingat masifnya skala bencana kemanusiaan Rohingya ini, Cox's Bazar seketika menjadi tempat yang sibuk karena menjadi basis untuk organisasi-organisasi bantuan kemanusiaan dari seluruh dunia, termasuk lembaga-lembaga bantuan kemanusiaan Indonesia yang menggabungkan diri dalam Indonesia Humanitarian Alliance atau sebelumnya Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar.
Sejumlah pengungsi Rohingya antri untuk mendapatkan paket makanan dari relawan Indonesia di Kamp Pengungsian Kutupalong, Cox Bazar, Bangladesh, Minggu (1/10/2017). Sejumlah relawan berbagai organisasi yang tergabung dalam Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) menyalurkan 1.000 paket bantuan kepada pengungsi Rohingya. (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)
Hari ini, relawan-relawan kemanusiaan Indonesia mulai menyalurkan bantuan besar-besaran dan pelayanan kesehatan yang luas untuk pengungsi Rohingya. Tim kesehatan mereka memeriksa orang-orang Rohingya yang sakit, dan mengobatinya, sedangkan tim bantuan mereka atau tim relief menyalurkan 1.000 paket bantuan untuk Rohingya. Berikut foto-foto mereka yang terekam ANTARA News.
Relawan medis dari Indonesia dr Corona memeriksa kesehatan pengungsi Rohingya di tenda kesehatan Indonesia, Kamp Pengungsian Jamtoli, Cox Bazar, Bangladesh, Minggu (1/10/2017). (ANTARA/Akbar Nugroho Gumay)
(BACA: PBB: skala penderitaan di Rakhine "tak terbayangkan")
Oleh Jafar M. Sidik
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2017