Juba, Sudan Selatan (ANTARA News) - Tentara Sudan Selatan (SPLA), Senin (2/10), menyatakan telah menewaskan 91 gerilyawan dan melukai beberapa orang lagi dalam pertempuran baru di Daerah Waat di Negara Bagian Bieh, sebelah utara Ibu Kota Sudan Selatan, Juba.
Juru Bicara SPLA Lul Ruai Koang mengatakan bentrokan meletus pada Minggu, dan korban jiwa diperkirakan bertambah sementara pertempuran berlanjut pada Senin.
"Kemarin, pasukan gabungan petempur gerilyawan yang didukung oleh pemuda Lou-Nuer melancarkan srangan terhadap posisi kami dari pukul 17.30 sampai pukul 20.00 waktu setempat. Kami kehilangan empat prajurit dan menewaskan 91 gerilyawan," kata Koang di Juba.
Ia mengatakan mereka memukul mundur gerilyawan SPLA yang beroposisi dan bersekutu dengan mantan Wakil I Presiden Riek Machar setelah serangan pertama pada Senin, yang berlangsung selama satu jam.
Koang mengatakan tak ada korban serius di pihak sipil selain anggota suku Lou-Nuer yang kebanyakan terdiri atas milisi tentara putih.
"Waktu serangan bertepatan dengan proses revitalisasi tingkat-tinggi perdamaian oleh para pemimpin regional, dan gerilyawan berusaha memanfaatkan ini untuk memeras masyarakat internasional sebab mereka ingin meraih lebih banyak wilayah," ia menambahkan sebagaimana dikutip Xinhua.
Pada Juni, para pemimpin regional di bawah Lembaga Antar-Pemerintah mengenai Pembangunan (IGAD) meluncurkan proses untuk menghidupkan kembali kesepakatan perdamaian setelah bentrokan baru pada Juli tahun lalu untuk berusaha melibatkan semua kelompok bersenjata.
Sudan Selatan terperosok ke dalam kerusuhan pada Desember 2013, setelah pertikaian politik antara Presiden Salva Kiir dan mantan wakilnya Riek Machar mengarah kepada pertempuran yang membuat tentara Suku Dinka, yang setia kepada Presiden Salva Kiir, dan kelompok etnik Machar, Nuer berhadapan.
Kesepakatan perdamaian 2015 guna mengakhiri kerusuhan kembali dilanggar pada Juli 2016, ketika faksi yang bertikai melanjutkan pertempuran di ibu kota negeri itu, sehingga memaksa Machar melarikan diri ke pengasingan.
Konflik tersebut telah menewaskan puluhan ribu orang dan membuat jutaan orang kehilangan tempat tinggal.
(Uu.C003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017