Jakarta (ANTARA News) - Sebuah anugerah Tuhan maha dahsyat dan sangat membahagiakan seluruh rakyat Indonesia, ialah bangsa ini selamat dari proses 'Balkanisasi' pasca 1997, karena ada kekuatan dahsyat yang dipancarkan nilai-nilai luhur ideologi Pancasila, utamanya kebangsaan. "Indonesia masih satu pasca 1997. Ini sesuatu hal yang membahagiakan. Padahal, analisis dunia waktu itu, akan terjadi 'Balkaisasi'. Kita diuntungkan oleh adanya nilai-nilai kebangsaan yang ada di dalam ideologi Pancasila 1 Juni 1945 galian Bung Karno," ungkap pengamat politik LIPI, Prof Dr Ikra Nusa Bhakti, di Jakarta, Rabu (6/6) malam, dalam diskusi memperingati Hari Lahir Bung Karno dan perayaan 62 tahun Hari Lahir Pancasila 1 Juni 1945. Dia berbicara itu ketika tampil bersama Dr J Kristiadi (CSIS), Direktur Eksekutif Sugeng Sarjadi Syndicate (SSS), Dr Sukardi Rinakit dan Ketua Dewan Pertimbangan Organisasi (DPO) Presidium Persatuan Alumni (PPA) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Dr Ir Siswono Yudohusodo selaku pembawa "keynote speaker". "Saya tetap meyakini, kekuatan Pancasila sebagai ideologi nasional Indonesia itu, karena penggalinya mampu menggabungkan nilai-nilai luhur bangsa ini, juga nilai-nilai universal lainnya, menjadi sebuah kekuatan dahsyat yang membuat bangsa ini tetap kokoh, kendati diterpa badai-badai dahsyat," kata Ikra Nusa Bhakti. NKRI, menurutnya, didirikan dan dibangun oleh banyak kekuatan, yang terpola dalam kubu "ko" dan "non ko-operasi". "Itu juga yang terjadi dari waktu ke waktu, hingga kejadian insiden interpelasi DPR RI versus Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemarin. Kemampuan Bung Karno untuk mensinergikan kekuatan "ko" dan "non ko" itulah sebenarnya yang harus bisa dimainkan saat ini. "Beranteman" melulu tak akan membuat kita maju," tandasnya. Di bagian lain, Ikra Nusa Bhakti menyorot kritis tentang pola penyeragaman ide dan gagasan serta implementasi, sebagaimana pernah jadi jargon di era Orde Baru, yang membunuh kreativitas serta jati diri bangsa besar ini. "Saya tetap percaya kepada ajaran Bung Karno, bahwa kemajemukan itu memperindah taman sari Indonesia," tegas Ikra Nusa Bhakti. (*)
Copyright © ANTARA 2007