"Prosesi Tabuik Naiak Pangkek biasanya dilakukan pada pagi hari, namun karena terkendala hujan deras terpaksa ditunda," kata salah seorang Tuo atau tokoh Tabuik Pasa Pariaman, Zulbahri, di Pariaman.
Ia mengatakan prosesi Tabuik Naiak Pangkek baru bisa dilaksanakan sekitar pukul 10.00 WIB oleh kedua kubu yaitu Pasa dan Subarang. Prosesi Tabuik Naiak Pangkek merupakan penyatuan dua ornamen atau bagian tabuik menjadi satu kesatuan.
"Tabuik terdiri dari dua bagian yaitu puncak atas dan puncak bawah kemudian disatukan pada prosesi tersebut yang kemudian di arak bersama masyarakat," kata dia.
Puncak atas mulai dari "Gomaik" hingga "Biliak" tabuik, kemudian puncak bawah dibatasi oleh "pasau-pasau" dan "burak" untuk disatukan.
Sementara itu salah seorang Tuo Tabuik Subarang, Nasrun Jon (75), meminta masyarakat dan wisatawan untuk bersabar serta memaklumi akibat hujan deras yang mengguyur kota itu.
"Tidak mungkin dipaksakan saat cuacanya tidak mendukung, dikhawatirkan membahayakan anak tabuik dan menimbulkan kecelakaan," ujarnya.
Namun kata dia, prosesi Tabuik Naiak Pangkek tetap dilaksanakan setelah hujan deras berhenti untuk melangsungkan rangkaian kegiatan selanjutnya.
Pesta budaya tabuik merupakan perayaan lokal dalam rangka memperingati Asyura, gugurnya Imam Husain, cucu Nabi Muhammad SAW, yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau di daerah pantai Sumatera Barat, khususnya di Kota Pariaman.
Festival ini termasuk menampilkan kembali pertempuran Karbala, dan memainkan gendang tasa. Tabuik merupakan istilah untuk usungan jenazah yang dibawa selama prosesi upacara tersebut. Kegiatan tersebut dilakukan juga untuk menarik para wisatawan dari berbagai daerah ke Kota Pariaman.
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017