menghasut serangan terhadap masyarakat dan pelanggaran terhadap hak orang lain."
Riyadh (ANTARAB News) - Jaksa Penuntut Umum Arab Saudi mengeluarkan surat perintah penangkapan pada Sabtu terhadap pengguna Twitter, yang meminta agar siapa saja yang mendukung wanita mengemudi untuk dibunuh.
Ancaman itu dikeluarkan beberapa hari setelah keputusan kerajaan mengakhiri larangan lama perempuan mengendarai mobil. Pengguna Twitter, yang tidak disebutkan namanya, diduga telah menyebut orang-orang yang mendukung wanita mengemudi sebagai "orang yang harus dibunuh," menurut surat kabar Asharq al-Awsat yang terkait dengan negara, lapor Reuters.
Pengumuman jaksa diajukan dua hari setelah surat perintah penangkapan terpisah dikeluarkan untuk seorang pria yang mengancam dalam video klip yang diunggah dalam jaringan untuk menyerang pengemudi perempuan.
Banyak warga Saudi menyambut baik pengumuman pada Selasa yang dikeluarkan oleh Raja Salman terkait pencabutan larangan tersebut pada tahun depan. Namun, pihak lain menyatakan oposisi secara dalam jaringan atau dalam percakapan sunyi setelah kebijakan tersebut mendapat dukungan selama beberapa dasawarsa dari ulama terkemuka.
Dalam pernyataan tersebut, jaksa berjanji untuk memantau ancaman pelecehan dan mengajukan kasus melawan orang-orang yang "menghasut serangan terhadap masyarakat dan pelanggaran terhadap hak orang lain".
Sebelumnya, seorang menteri menyatakan pencabutan larangan mengemudi bagi perempuan akan mengurangi jumlah kecelakaan mobil di negara dengan tingkat kematian terburuk di dunia terkait lalu lintas.
Raja Salman mengumumkan perubahan bersejarah tersebut pada Selasa, mengakhiri tradisi konservatif yang membatasi gerak perempuan, yang dilihat oleh aktivis hak asasi manusia sebagai lambang penindasan mereka di Kerajaan Arab Saudi.
Arab Saudi adalah satu-satunya negara terakhir di dunia yang melarang perempuan mengemudi, dan kebijakan tersebut secara resmi berakhir pada Juni 2018 setelah komite menteri melaporkan langkah-langkah yang diperlukan untuk implementasi perintah kerajaan tersebut.
Menteri Dalam Negeri Pangeran Abdulaziz bin Saud bin Nayef, yang mengambil alih jabatan dari pamannya pada Juni, mengatakan bahwa pasukan keamanan siap untuk menerapkan undang-undang lalu lintas kepada pria dan perempuan, meskipun dia tidak menyebutkan apakah perempuan akan direkrut sebagai polisi lalu lintas.
Sekitar 20 orang Saudi meninggal setiap hari dalam kecelakaan lalu lintas. Tata pemerintahan yang buruk telah berkontribusi terhadap rekor terburuk Arab Saudi dalam hal keselamatan di jalan raya, menurut para analis, dan pemerintah berharap mengurangi seperempat dari jumlah kematian sebagai bagian dari program reformasi Vision 2030 yang ambisius.
Sementara perempuan Arab Saudi umumnya memuji pencabutan larangan mengemudi, beberapa pria menyatakan keprihatinannya bahwa aturan baru itu akan secara dramatis meningkatkan jumlah mobil di jalan-jalan Saudi yang sudah penuh sesak.
Keluarga Arab Saudi kelas menengah ke atas biasanya memiliki dua kendaraan dalam satu rumah, satu dipakai oleh pria dan mobil kedua dipakai oleh sopir yang mengangkut istri dan anak-anaknya.
Keputusan kerajaan tersebut menjanjikan perubahan gaya hidup bagi banyak dari 10 juta perempuan berusia di atas 20 tahun, termasuk orang asing yang tinggal di Arab Saudi.
Hal tersebut juga dapat membantu memulihkan pertumbuhan penjualan mobil di pasar yang disebabkan oleh dampak ekonomi dari harga minyak yang lemah.
Tetapi karena tradisi konservatif sudah dijalankan sejak lama, kemungkinan butuh waktu bertahun-tahun daripada berbulan-bulan agar perempuan dapat mengemudikan kendaraannya di jalanan di beberapa daerah.
(Uu.G003/T008)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017