Jakarta (ANTARA News) - Meski pernah menjadi lawan politik Presiden Soeharto di masa kepemimpinannya, di mata Wakil Ketua MPR AM Fatwa, mantan orang nomor satu di Indonesia itu memiliki sejumlah kelebihan yang patut dihargai. "Soeharto terhadap Islam, dalam arti ibadah, saya kira positif. Kelebihannya adalah dia telah membangun stabilitas sosial politik. Pembangunan fisik dan ekonomi juga luar biasa, meskipun dia juga jatuh karena masalah ekonomi," katanya, di sela-sela peluncuran buku HM Soeharto "Membangun Citra Islam", di Jakarta, Kamis malam. AM Fatwa dikenal sebagai lawan politik Presiden Soeharto. Ia telah berulang kali menjadi tahanan politik di masa kepemipinan Soeharto, namun, meski telah dituntut penjara seumur hidup dan kemudian dipenjara selama 18 tahun, AM Fatwa mengaku tidak menyimpan dendam. "Saya tidak dendam meski pernah menjadi lawan politik, tetapi saya tidak bisa melupakan sistem kekuasaan yang pernah ditegakkannya. Tetapi barangkali satu-satunya lawan politik yang berkali kali menjenguknya karena sakit kemudian menciumnya dengan rasa ikhlas kemanusiaan," katanya. Sementara itu, dalam acara peluncuran buku tersebut, AM Fatwa mengakui upaya Soaeharto merangkul gerakan politik Islam meskipun ada juga pihak yang menganggap upaya tersebut sebagai cara untuk memperpanjang masa kekuasaannya. "Dalam arti politik memang rezimnya itu tidak menyukai Islam berpolitik, sementara saya berpendapat Islam yang komprehensif juga gerakan poltik di dalamnya," ujarnya. Menurut dia, Soeharto juga seorang pemimpin militer sekaligus kepala negara yang bertanggungjawab dan berhasil dalam mengatur kabinetnya terlepas dari sistem yang diterapkannya. Dalam peluncuran buku tersebut, selain AM Fatwa, juga tampak hadir pejabat tinggi di masa kepemimpinan Soeharto, mantan menteri agama Tarmizi Taher. Buku HM Soeharto Membangun Citra Islam resmi diluncurkan sehari sebelum peringatan ulang tahunnya pada 8 Juni. Buku yang ditulis oleh Miftah H Yusufpati dan bertindak sebagai editor Theo Yusuf. Menurut Miftah banyak perjuangan yang sudah dilakukan Soeharto terhadap Islam. Pak Harto terbukti telah mengakkan prinsip-prinsip ajaran Islam dan memperjuangkan toleransi beragama, namun Pak Harto justru kehilangan kekuasaannya ketika sangat dekat dengan Islam, katanya. "Ironisnya lagi, sejumlah tokoh Islam yang ditempatkan secara terhormat dalam pemerintahan ikut mendongkel kakuasaan Soeharto," kata Miftah.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007