Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore, bergerak menguat sebesar 94 poin menjadi Rp13.421 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.515 per dolar Amerika Serikat (AS).
Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa rupiah terapresiasi terhadap dolar AS setelah mengalami tekanan cukup dalam pada hari sebelumnya (28/9) menyusul kebijakan fiskal Presiden AS Donald Trump.
"Kebijakan fiskal Presiden AS Donald Trump yakni memotong pajak perusahaan mulai diantisipasi pasar dan cenderung mulai mereda di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia. Saat ini, pasar mulai melakukan kalkulasi investasinya dengan memasukan faktor itu," paparnya.
Di sisi lain, lanjut dia, kemungkinan adanya penjagaan dari Bank Indonesia di pasar valas domestik juga turut menjadi salah satu faktor yang mendorong rupiah kembali bergerak di area positif.
Apalagi, lanjut dia, fundamental ekonomi nasional yang masih cukup kuat menambah faktor positif bagi aset-aset berdenominasi rupiah untuk diakumulasi. Dengan ekonomi yang kuat maka imbal hasil yang ditawarkan dari aset berdenominasi rupiah akan menarik.
"Fundamental ekonomi Indonesia yang stabil akan menjaga rupiah untuk jangka panjang," ucapnya.
Sementara itu Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa dalam jangka pendek ini mata uang di negara berkembang, termasuk rupiah masih dibayangi oleh sentimen produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat yang menunjukan angka lebih tinggi.
"Revisi PDB Amerika Serikat pada kuartal kedua yang naik dapat mendorong dolar AS kembali menguat," ujarnya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat ini (29/9) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.492 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.464 per dolar AS.
(T.KR-ZMF/C004)
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017