PBB, New York (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Rabu (27/9) mencela kurangnya perhatian masyarakat dunia pada penyelundupan manusia, ancaman yang ia katakan ada di mana-mana.
"Terlalu sering, penyelundup manusia beroperasi tanpa hukuman, dan menerima sangat sedikit perhatian dibandingkan, misalnya, dengan penyelundup narkotika. Ini harus berubah," kata Guterres dalam pertemuan tingkat tinggi Sidang Majelis Umum PBB mengenai kemajuan rencana aksi PBB melawan penyelundupan manusia.
"Saya telah menyaksikan banyak gembong narkotika di penjara --dan memang demikian adanya. (Tapi) saya tak pernah melihat gembong penyelundup manusia di dalam penjara."
Ia mengatakan puluhan juta orang menjadi korban tenaga kerja paksa, budak seks, perekrutan sebagai tentara bocah dan bentuk lain eksploitasi serta pelecehan, sebagaimana dikutip dari Xinhua, di Jakarta, Kamis siang.
"Penyelundupan manusia terjadi di sekeliling kita, dn semua wilayah di dunia."
"Itu mencengkeram orang yang paling lemah dan paling rentan: perempuan dan anak perempuan, anak lelaki juga secara kejam dieksploitasi untuk seks dan diambil organ penting mereka, anak-anak dipaksa mengemis tanpa akhir dan lelaki dijadikan tenaga kerja brutal."
Karena penyelundup memangsa orang yang tersisihkan dan rentan, masalah tersebut seakan-akan terpencil dari anggota masyarakat yang lebih beruntung, termasuk pengambil keputusan. Sebaliknya, ancaman obat tidak sah secara khas terasa sangat dekat --dan oleh karenanya mendapat perhatian dan sumber daya dari semua pemerintah, katanya.
Dan seringkali, penyelundupan manusia saling terkait dengan ras, jenis kelamin dan bentuk lain diskriminasi, kata Guterres.
Dalam beberapa tahun belakangan, konflik yang meningkat, kondisi tidak aman dan ketidak-pastian ekonomi telah membawa ancaman baru berkaitan dengan itu, katanya.
"Saat jutaan anak kecil, perempuan dan laki-laki meninggalkan negara mereka untuk mencari keselamatan, mereka menghadapi belas kasih dari orang yang tak mengenal belas kasih. Ribuan orang telah meninggal di laut, di gurun dan di pusat penahanan, dan di tangan penyelundup ... ."
Jaringan kejahatan telah memanfaatkan keakcauan dan kekecewaan untuk memperluas jangkauan dan kebrutalan mereka. Kelompok teror terus berusaha menangkap dan memperbudak perempuan, anak perempuan dan anak lelaki. Yang lain menggunakan korban mereka untuk kerja paksa.
Memerangi penyelundupan manusia memerlukan pemanfaatan lebih luas konvensi PBB terkait, serta kerja sama yang jauh lebih kuat di kalangan negara anggota PBB, kata Sekretaris Jenderal PBB tersebut.
"Bagi saya bahwa tanggung-jawab anda semua lah sebagai pemimpin untuk membuat penyelundupan manusia sebagai prioritas nyata bagi kerja sama internasional."
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017