"Program lampu tenaga surya merupakan salah satu upaya yang tengah pemerintah gaungkan dalam rangka penyediaan energi yang lebih adil dan tepat sasaran serta menurunkan subsidi energi sebesar 66 persen atau Rp. 491 triliun," kata Jonan.
Jonan menambahkan, program ini akan menyasar lebih dari 256 ribu rumah yang tersebar di 2.500 desa yang sulit dijangkau PT Perusahaan Listrik Negara (Persero). Program ini ditargetkan akan selesai pada 2018 mendatang.
Saat ini, bauran EBT baru sekitar 11 persen, untuk itu, kata Jonan, pemerintah terus berupaya guna mencapai target 23 persen pada 2025.
Jonan menilai bahwa harga EBT ke depannya diperkirakan akan semakin kompetitif. Dalam kesempatan tersebut, Jonan mencontohkan pengembangan energi arus laut dalam di Selat Larantuka, Nusa Tenggara Timur. Saat itu, dirinya ditemui pengusaha pembangkit listrik asal Belanda yang menawarkan harga listrik 16 sen dolar AS per kWh. "Waktu itu langsung saya tolak, tiga bulan kemudian dia menawarkan 7,18 sen dolar AS per kWh saya langsung setuju," imbuhnya.
Pengembangan EBT di Indonesia sangat menggembirakan. Jonan mengatakan, sampai saat ini telah ditandatangani 60 kontrak independent power producer (IPP) renewable dengan PLN. Kapasitas IPP tersebut sebesar 700 MW. Apabila ditambah dengan energi panas bumi kapasitasnya bisa lebih dari 1 GW.
Event Pertambangan & Energi Expo 2017 merupakan bagian dari Pekan Hari Jadi Pertambangan dan Energi. Kegiatan tersebut dimaksudkan sebagai wadah untuk membahas berbagai kebijakan yang penting di sektor ESDM. Selain itu, pada acara ini juga dilaksanakan peluncuran buku "Potensi Panas Bumi di Indonesia" jilid 1 dan 2 serta dialog interaktif bersama Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo, Menteri Perindustrian Airlangga Hartanto, dan Kepala BKPM Thomas Lembong.
Pewarta: Primasatya
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2017