William Dudley, Presiden Federal Reserve Bank of New York, mengatakan pada Senin (25/9) bahwa faktor-faktor yang menahan tekanan harga akan hilang seiring berjalannya waktu, sehingga bank sentral AS dapat mempertahankan laju pengetatan kebijakan moneter secara bertahap, menurut Bloomberg.
Inflasi akan meningkat dengan "memudarnya dampak-dampak dari sejumlah faktor sementara dan istimewa," menjadi stabil di sekitar target Fed dua persen dalam jangka menengah, tambahnya.
Sementara itu, Presiden Fed Chicago, Charles Evans, mengatakan bahwa dia secara luas setuju dengan rekan-rekannya yang percaya bahwa tingkat suku bunga akan naik secara bertahap menjadi sekitar 2,7 persen dalam dua tahun ke depan, dari kisaran saat ini antara satu persen dan 1,25 persen.
Namun dia mengatakan, inflasi yang berjalan di 1,4 persen oleh alat pengukur Fed yang disukai, terlalu rendah, dan menyuarakan kekhawatiran bahwa ekspektasi inflasi yang rendah akan mencegahnya dari kenaikan menuju target inflasi the Fed.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,54 persen menjadi 92,673 pada akhir perdagangan.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,1839 dolar AS dari 1,1948 dolar AS, dan poundsterling Inggris turun menjadi 1,3467 dolar AS dari 1,3531 dolar AS. Dolar Australia turun menjadi 0,7944 dolar AS dari 0,7968 dolar AS.
Dolar AS dibeli 111,66 yen Jepang, lebih rendah dari 112,00 yen pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9674 franc Swiss dari 0,9699 franc Swiss, dan naik tipis menjadi 1,2354 dolar Kanada dari 1,2335 dolar Kanada. Demikian laporan Xinhua.
(UU.A026)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017