e-Smart IKM merupakan sistem basis data IKM nasional yang tersaji dalam bentuk profil industri, sentra, dan produk yang diintegrasikan dengan marketplace yang telah ada. Tujuannya untuk semakin meningkatkan akses pasar IKM melalui internet marketing.

Jakarta (ANTARA News) - Industri Kecil Menengah (IKM) perlu memanfaatkan perangkat digital untuk memperluas akses pasar dan meningkatkan pendapatan, mengingat 93,4 juta dari 250 juta orang Indonesia merupakan pengguna internet.


“Sebagai sektor mayoritas dari populasi industri di Indonesia, IKM berperan penting menjadi pendorong bagi pemerataan kesejahteraan masyarakat dan juga merupakan tulang punggung pada perekonomian negara,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto lewat keterangannya diterima di Jakarta, Senin.


Airlangga menyampaikan hal itu pada acara Workshop e-Smart IKM di Sidoarjo, Jawa Timur.


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang diolah Direktorat Jenderal IKM Kementerian Perindustrian, jumlah IKM lokal diperkirakan mencapai 4,4 juta unit usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 10,1 juta orang pada tahun 2016.


Oleh karena itu, salah satu program prioritas Kemenperin adalah pengembangan IKM dengan platform digital melalui e-Smart IKM.


“e-Smart IKM merupakan sistem basis data IKM nasional yang tersaji dalam bentuk profil industri, sentra, dan produk yang diintegrasikan dengan marketplace yang telah ada. Tujuannya untuk semakin meningkatkan akses pasar IKM melalui internet marketing,” papar Airlangga.


Selanjutnya, program yang diinisiasi dan telah diluncurkan oleh Kemenperin sejak Januari 2017 ini akan juga meningkatkan akses bahan baku, teknologi, dan modal serta memberikan panduan bagi pengambil kebijakan di dalam fungsi program pembinaan IKM yang lebih terintegrasi dan tepat sasaran.


Airlangga berharap, melalui e-Smart IKM, produk-produk asli Indonesia yang berkualitas bisa membanjiri pasar perdagangan elektronik atau e-Commerce di dalam negeri maupun global.


“Apalagi, saat ini sedang terjadi tren peralihan transaksi dari pasar offline ke pasar online,” ujarnya.


Merujuk data dari lembaga kajian ekonomi Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, nilai perdagangan elektronik di dalam negeri pada 2016 mencapai 24,6 miliar dollar AS atau setara Rp319,8 triliun (dengan asumsi kurs sebesar Rp13.000 per dolar AS).


Potensi ini bisa membuat Indonesia menjadi negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.


Sedangkan, penelitian Deloitte Access Economics menyatakan bahwa Indonesia bisa menjadi negara berpenghasilan menengah pada tahun 2025 apabila bisa menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi sebesar tujuh persen per tahun. Hal ini dapat dicapai salah satunya dengan cara mendorong keterlibatan sektor IKM pada penggunaan teknologi digital.


“Dengan menggunakan teknologi digital untuk mempromosikan produknya secara online, para pelaku IKM juga diyakini dapat memperoleh keuntungan yang lebih signifikan hingga 80 persen dan menjadi 17 kali lebih inovatif,” ungkapnya.


Dalam pengembangan tnknologi digital di sektor industri, pemerintah Indonesia dan Singapura telah sepakat bersinergi pada tahun depan untuk memasarkan lebih luas terhadap komoditi yang paling laris dan banyak dipasarkan melalui online, seperti makanan dan minuman.


“Kami akan kembangkan inovasi center dan safety food, misalnya inovasi kemasan dan daya tahan. Sehingga memiliki standar produk yang sama agar bisa dikirim ke pasar ASEAN dan lainnya. Jadi, kami mendorong ini tidak hanya untuk perusahaan besar, tetapi juga IKM,” papar Airlangga.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017