London (ANTARA News)- Deputi Menko Polhukam Arief Poerboyo Moekijat mengatakan Pancasila adalah senjata paling mujarab bagi Indonesia untuk menangkal pengaruh negatif dari globalisasi dan ancaman dari manapun.
Hal itu disampaikan Deputi Menko Polhukam Bidang VI/Kebangsaan disampaikan di depan para WNI peserta diskusi yang diselenggarakan KBRI Stockholm, Minggu.
Lebih lanjut Arief Poerboyo Moekijat mengatakan ancaman baru sekarang adalah multi-dimensi. Dimulai dari terorisme, narkoba, radikalisme, illegal logging sampai serangan cyber.
Berbicara di depan masyarakat Indonesia yang antara lain terdiri dari Pengurus Asosiasi Indonesia-Swedia (SIS), Pengurus Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Swedia, Arief menyatakan warga Indonesia di luar negeri harus dapat mencintai dan memiliki Indonesia.
"Mari kita tumbuhkan rasa cinta kita kepada Indonesia, dengan melaksanakan kewajiban kita dengan lebih baik sesuai tugas dan fungsi masing-masing," ujar Arief.
Dubes RI untuk Swedia, Bagas Hapsoro kepada Antara London Senin menyambut baik diskusi ini. Apresiasi disampaikan langsung kepada Deputi Menkopolhukam dan menggarisbawahi perlunya sinergi penguatan ilmu pengetahuan dengan penguatan rasa nasionalisme Indonesia.
"Untuk itu, peran aktif dan kontribusi Diaspora Indonesia yang memiliki profesionalisme dan kompetensi handal di bidangnya sangat diperlukan dalam menuntut ilmu pengetahuan dan memperkuat ideologi bangsa Indonesia," kata Bagas Hapsoro.
Sementara itu, acara sarasehan bertajuk "Pancasila, Bela Negara dan Peran WNI di luar negeri" tersebut membahas masalah-masalah aktual dan berkembang di dalam negeri.
Diskusi yang berlangsung meriah tersebut juga membahas bagaimana upaya membela negara merupakan bentuk dari nasionalisme dan patriotisme yang merupakan tanggung jawab bersama, baik oleh WNI berada di Tanah Air, maupun yang telah lama bermukim di luar negeri.
Dipandu Fungsi Pelaksana Pensosbud KBRI Stockholm, Hidayat Atjeh, banyak para peserta bertanya diantaranya Alfa Army Gery, mahasiswa Univeristas KTH menanyakan tentang contoh konkrit tentang bela negara dan nilai-nilai Pancasila yang menyertainya.
Sementara Katrun Nada Danielsson, Ketua Asosiasi Swedia-Indonesia (SIS) menyarankan tentang pentingnya fungsi pengajar pendidik yang perlu lebih kreatif menjelaskan nilai-nilai kebangsaan di pendidikan formal maupun informal.
Sedangkan Suryadi Gorda (85) yang telah 60 tahun bermukim di Swedia. Sebagai orang yang telah lama berada di luar negeri, rasa nasionalisme juga tidak luntur. Sejak bekerja di Swedia telah biasa mengisi acara dengan membawakan tarian Nusantara khususnya Bali di berbagai kota.
(T.H-ZG/M041)
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017