Denpasar (ANTARA News) - Poltabes Denpasar telah memeriksa bocah MDA alias Doni (9), yang disebut-sebut memukul lewat aksi "smack down" teman sekelasnya, Made Adi Swandana Putra (8), hingga terjatuh dan tewas. Murid kelas II C Sekolah Dasar Negeri (SDN) No.27 Pemecutan Denpasar itu terungkap diperiksa di rumah tinggalnya di Jalan Gunungsari IV Denpasar. Petugas pada Satreskrim Poltabes Denpasar, Kamis, menyebutkan pihaknya tidak saja meminta keterangan dari Doni, tetapi juga kedua orangtua anak yang terlibat dalam aksi "smack down" tersebut, pasangan Suyanto dan Ni Ketut Tunas. Namun demikian, polisi belum dapat menyebutkan bahwa dari hasil pemeriksaan tersebut ditemukan petunjuk pidana atas keterlibatan Doni dalam kematian korban Adi Swandana. Untuk dapat "memvonis" kasus kematian bocah kelas dua SDN 27 Pamecutan Denpasar itu akibat perbuatan pidana, polisi masih harus melakukan penyelidikan lebih intensif tentang sebab-sebab kematian korban. "Kita masih pelajari mengenai sebab-sebab kematian korban, sehingga belum dapat diambil langkah-langkah hukum yang diperlukan," kata Kompol IGN Suryasa, perwira Humas Poltabes Denpasar pada kesempatan terpisah. Ia menyebutkan, untuk menyelidiki kasus tersebut, pihaknya tidak hanya menurunkan tim reserse ke lapangan, tetapi juga polisi yang khusus menangani masalah anak di bawah umur. "Petugas kini tengah berupaya mengumpulkan berbagai keterangan dan bukti-bukti yang ada di tempat kejadian perkara, termasuk dari keluarga korban dan anak yang disebut-sebut terlibat dalam `smack down` itu," ucapnya. Diperoleh keterangan, korban Swandana tewas Selasa (5/6) petang setelah siang hari sebelumnya terlibat dalam aksi "smack down" dengan teman sekelasnya, Doni. Menurut saksi, korban yang sempat kena kepalan tinju yang dilayangkan Doni, langsung jatuh terjerembab, kemudian muntah-muntah. Melihat itu, sejumlah guru termasuk kepala sekolah bersangkutan Ida Ayu Karang, langsung membawa Swandana ke RSUP Sanglah Denpasar setelah sebelumnya sempat dibawa ke Puskesmas Denpasar Barat yang lokasinya tidak jauh dari sekolah. Namun malang, putra pasangan suami istri I Wayan Gitar-Ni Wayan Srinami yang tinggal di Banjar Buana Sari Denpasar, akhirnya meninggal dunia dalam perawatan intensif di rumah sakit terbesar di Bali itu. Menurut pihak keluarga Swandana, korban mengalami perdarahan pada bagian otak, kepala bagian belakang bengkak dan satu gigi di bagian kanan rontok. Jenazah korban oleh pihak keluarga telah dibawa ke Kintamani, Kabupaten Bangli, asal kelahiran ayahnya I Wayan Gitar, untuk dimakamkan.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007