Menurut para pangemong dan pemangku, sesuai dengan sejarah enam kali letusan yang pernah terjadi di Gunung Agung, ternyata belum pernah pratima Pura Besakih digeser ke mana-mana dan terbukti selama ini aman...."
Denpasar (ANTARA News) - Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia Provinsi Bali Prof Dr I Gusti Ngurah Sudiana mengatakan "pratima" atau benda-benda sakral di Pura Besakih tidak akan dipindahkan, meskipun status vulkanik Gunung Agung sudah pada level Awas.
"Keputusan tersebut sudah berdasarkan hasil rapat dengan para pangemong (penanggung jawab wilayah) dan pemangku (pemuka agama) Pura Besakih," kata Prof Sudiana, di Denpasar, Senin.
Dalam rapat yang membahas upaya penyelamatan "pratima" tersebut, lanjut Sudiana, diputuskan tidak akan memindahkan "pratima" di Pura Besakih dan sejumlah pura di sekitarnya meskipun berada di kaki Gunung Agung.
"Menurut para pangemong dan pemangku, sesuai dengan sejarah enam kali letusan yang pernah terjadi di Gunung Agung, ternyata belum pernah pratima Pura Besakih digeser ke mana-mana dan terbukti selama ini aman. Mereka pun meyakini kali ini jika pun terjadi erupsi, juga tidak akan menyentuh pratima-pratima di Pura Besakih," ucapnya.
Para "pemangku", ujar Sudiana, juga siap untuk berdoa setiap hari agar keadaan pura tetap aman dan masyarakat juga selamat di tengah kemungkinan terjadinya erupsi Gunung Agung.
Meskipun status Gunung Agung sudah berstatus Awas sejak 22 September 2017, para "pemangku" Pura Besakih masih tetap melaksanakan kewajibannnya menghaturkan sarana persembahan di pura terbesar di Bali itu.
"Ya tentunya dengan didampingi oleh aparat keamanan. Kami harapkan para pemangku juga dibekali dengan keterampilan mengenai upaya-upaya agar bisa terhindar dari bahaya letusan," kata Sudiana yang juga akademisi IHDN Denpasar itu.
Sudiana menambahkan, terkait dengan upaya mengamankan "pratima" dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab, juga telah dilakukan koordinasi dengan aparat keamanan dalam bentuk keamanan terpadu.
Di sisi lain, terkait dengan "pratima" maupun lontar-lontar dari sejumlah pura dadia (pura keluarga) dan pura kahyangan tiga (pura di lingkungan desa), sejauh ini juga sudah dikumpulkan dan disimpan di tempat yang aman. Hal ini karena warga setempat sudah meninggalkan rumah masing-masing menempati posko-posko pengungsian hingga di luar kabupaten.
Pewarta: Ni Luh Rhismawati
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017