Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah melemah menembus level Rp8.900 per dolar AS, Kamis pagi, sehingga posisinya menjadi Rp8.915/8.925 per dolar dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya sebesar Rp8.856/8.905 atau melemah 59 poin. Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, Kamis, mengatakan tekanan rupiah masih akan berlanjut pada pekan depan, sehingga mata uang lokal itu akan bisa mendekati level Rp9.000 per dolar AS. Namun untuk pekan ini rupiah akan berada dalam kisaran antara Rp8.925 sampai Rp8.950 per dolar AS yang terus mengarah ke level Rp9.000 per dolar AS, katanya. Rupiah, menurut dia, masih akan terkoreksi, apalagi suku bunga BI Rate berpeluang turun melihat laju inflasi Mei 2007 hanya 0,10 persen. "Kami memperkirakan rupiah akan terus melemah, sekalipun yen menguat terhadap dolar AS dan euro baru-baru ini," ujarnya. Dolar terhadap yen turun 0,20 persen menjadi 120,85, euro diperdagangkan pada 1,3495 turun dari sebelumnya 1,3504, dan euro terhadap yen jadi 163,20 atau turun 15 persen dari 164,62. Ia mengatakan rupiah biasanya mengikuti pergerakan yen yang menguat, namun tertahan oleh melemahnya pasar saham regional, akibat merosot bursa Wall Street, setelah Bank Sentral AS (The Fed) menyatakan khawatir atas inflasi yang cenderung meningkat. Selain itu, hot money asing yang masuk ke pasar uang makin berkurang, sehingga dukungan positif terhadap rupiah makin melemah, ucapnya. Rupiah, menurut dia akan kembali membaik, apabila Bank Sentral AS menurunkan suku bunganya yang saat ini mencapai 5,25 persen, namun rencana penurunan itu akan dilakukan pada akhir tahun ini. Apalagi pemerintah telah mengubah tingkat pertumbuhannya yang semula tujuh persen kini turun pada kisaran antara 6,7 persen sampai 6,9 persen, ucapnya. Ia mengatakan, para pelaku asing mulai hati-hati dalam menempatkan dananya di dalam negeri, setelah adanya pernyataan bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun ini makin berat bahkan sulit untuk berkembang. Hal ini juga dapat terlihat dengan tingkat investasi yang makin turun sehingga sektor riil yang diharapkan dapat bergerak semakin sulit untuk tumbuh dengan baik, ucapnya. (*)
Copyright © ANTARA 2007