Kuta, Bali (ANTARA News) - Kementerian Perhubungan menyiapkan sembilan bandara yang berada paling dekat dengan Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai untuk mengantisipasi dampak aktivitas vulkanik Gunung Agung terhadap layanan penerbangan di bandara tersebut.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso pada Minggu mengatakan alternatif bandara yang disiapkan meliputi Bandara Juanda Surabaya, Bandara Blimbingsari Banyuwangi, Bandara Adi Sumarmo Solo, Bandara Lombok, Bandara Komodo Labuan Bajo, Bandara Hassanudin Makassar dan Bandara Sepinggan Balikpapan.
Selain itu, Bandara Sam Ratulangi Manado dan Bandara Pattimura Ambon juga disiapkan melayani penerbangan internasional.
"Ini semua rencana mitigasi. Selama tidak ada abu vulkanik, tidak ada masalah sama sekali untuk penerbangan dari dan ke Bali," katanya dalam rapat koordinasi di gedung Emergency Operation Center (EOC) Bandara I Gusti Ngurah Rai di Kuta, Kabupaten Badung.
Kementerian telah menyiapkan skenario antisipasi semburan abu vulkanik Gunung Agung, yang di antaranya mencakup pengalihan rute pesawat udara menuju Bali ke sembilan bandara itu.
Agus lebih lanjut menjelaskan kementerian melakukan langkah sesuai prosedur berdasarkan laporan citra satelit mengenai kondisi abu vulkanik Gunung Agung dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta laporan numerik digital dari Vulcanic Ash Advisory Center (VAAC) di Darwin Australia serta pengamatan pilot.
Agus menambahkan keputusan untuk menutup bandara dapat dilakukan apabila sudah ada laporan dari dua parameter dari tiga laporan tersebut.
"Kalau laporan baru satu, kami tidak bisa tutup bandara. Kami akan buat validasi," imbuh Agus.
Keputusan menutup bandara, dia menjelaskan, sangat ditentukan oleh arah angin yang dapat membawa sebaran abu vulkanik.
Apabila terjadi erupsi yang menyemburkan abu vulkanik namun sebaran abu yang terbawa angin tidak mengarah ke wilayah udara bandara, lanjut Agus, maka operasional penerbangan di Bandara I Gusti Ngurah Rai masih bisa dilakukan.
Agus menegaskan apabila masyarakat melihat cuaca cerah, bukan berarti wilayah udara di sekitar bandara steril dari lapisan abu vulkanik, karena apabila terjadi erupsi angin membawa sebaran abu tersebut menuju wilayah udara bandara.
Lapisan abu vulkanik, lanjut dia, dapat membahayakan penerbangan karena mengganggu mesin pesawat dan mengikis badan pesawat udara yang tengah terbang dengan kecepatan tinggi.
"Oleh karena itu kami tidak mau ambil risiko. Apabila arah angin membawa abu vulkanik ke wilayah bandara, maka bandara harus ditutup," ucapnya.
Sementara itu General Manajer Bandara I Gusti Ngurah Rai Yanus Suprayogi mengatakan hingga saat ini penerbangan masih berjalan normal meski status aktivitas Gunung Agung sudah meningkat menjadi awas.
Rata-rata jumlah penumpang per hari di bandara itu, menurut Yanus, mencapai 50 hingga 60 ribu orang baik domestik maupun internasional.
Pewarta: Dewa Wiguna
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017