Jakarta (ANTARA News) Pemerintah sedang mempersiapkan alat pendeteksi flu burung (avian influenza/AI) baru untuk manusia yang mampu mendeteksi virus dalam satu hingga dua hari. "Ada alat `early detection" yang dibuat. Saat ini masih ada pada level laboratorium di Departemen Kesehatan, kata Ketua Harian Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiap-siagaan Menghadapi Pendemi Influenza (Komnas FBPI), Bayu Krisnamurthi, di Jakarta, Rabu. Dia membenarkan kemampuan deteksi alat itu lebih baik dibandingkan yang telah ada di pasaran yang baru mampu mendeteksi virus lebih dari tiga hari. Namun, dia mengatakan tingkat kebenaran deteksi baru mencapai 50 persen saja. "Saat ini masih terus dikembangkan dan diharapkan alat tersebut dapat lebih memiliki sensitifitas yang baik," ujar dia. Dia juga membenarkan, telah ada alat yang diproduksi oleh swasta untuk mendeteksi flu burung yang telah beredar di pasaran. Tetapi pemerintah belum mengkonfirmasi keberadaan alat tersebut. Dia juga mengatakan, saat ini tingkat keganasan virus H5N1 tidak meningkat tetapi tingkat penularannya semakin meningkat. Karena itu, menurut dia, tindakan pencegahan merupakan langkah yang dianggap penting untuk mencegah penyebaran virus tersebut. Menurut dia, ada protocol khusus untuk dapat menyatakan bahwa di satu daerah telah bebas flu burung. Karena bukan tidak mungkin daerah yang telah lama terhindar dari kasus flu burung akan terserang lagi virus yang sama. Dia mengkhawatirkan tingkat kepekatan virus AI cukup pekat sehingga penularannya semakin mudah. Tetapi hal tersebut masih perlu diteliti lagi, sehingga masyarakat tidak perlu bersikap berlebihan. Sementara itu, menurut Ketua Urusan Komunikasi Publik Unit Pengendalian Penyakit Avian Influenza Ditjen Peternakan Departemen Pertanian, M Zoelkarnain Hasan, tingkat "shading" atau kepekatan virus dalam kotoran unggas yang berada di lingkungan sebenarnya dapat diatasi dengan cara vaksin secara intensif sebanyak empat kali dalam jangka waktu empat bulan. Jika hal tersebut dilakukan, kemungkinan besar kasus adanya virus di salah satu pot bunga di Riau yang positif AI akibat menggunakan pupuk dari kotoran ayam tidak akan ada. Permasalahnnya intensitas pemberian vaksin dan ketersediaan vaksin sendiri masih menjadi salah satu kendala, walaupun keperdulian masyarakat sendiri untuk mengawasi lingkungannya juga menjadi penting.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007