Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Rabu sore, bergerak menguat sebesar tujuh poin menjadi Rp13.272 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.279 per dolar Amerika Serikat (AS).
Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga di Jakarta, Rabu mengatakan bahwa dolar AS kesulitan mempertahankan posisinya terhadap sejumlah mata uang dunia, termasuk rupiah karena pasar memproyeksikan rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) belum menaikan suku bunga acuannya.
"The Fed diperkirakan tidak akan mengubah suku bunganya," kata Lukman Otunuga.
Ia menambahkan bahwa Bank Sentral AS atau The Fed diperkirakan menaikkan suku bunganya pada Desember tahun ini. Namun, apabila Ketua The Fed Janet Yellen membuka peluang kenaikan suku bunga sebelum akhir tahun, maka dolar AS berpotensi terangkat kembali.
Selain menanti kebijakan suku bunga The Fed, lanjut dia, perhatian pelaku pasar juga tertuju pada rencana The Fed mengenai rencana perampingan balance sheet-nya.
Dari dalam negeri, ia mengatakan bahwa perhatian pelaku pasar juga sedang tertuju pada keputusan Bank Indonesia mengenai BI 7-day Reverse Repo Rate. Diprediksi Bank Indonesia tidak mengubah suku bunganya di level 4,50 persen.
Sementara itu, analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang, kebijakan pengurangan neraca The Fed tentu akan berpengaruh terhadap pasar keuangan Indonesia.
Namun, Lukman Leong mengatakan bahwa Indonesia yang memiliki predikat layak investasi (investment grade) dari tiga lembaga pemeringkat internasional, yakni Moodys, Fitchs dan Standard and Poors (S&P) akan menjaga pasar keuangan di dalam negeri.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu ini (20/9) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.270 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.258 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017