Jakarta (ANTARA News) - Institut Kewarganegaraan Indonesia (IKI) menggelar temu relawan yang selama ini menjadi ujung tombak program pendampingan pembuatan akta kelahiran bagi warga kurang mampu.


Kegiatan tersebut diselenggarakan di Ruang Melati, Annex Building, Wisma Indocement, Jakarta Selasa (19/9).


Siaran pers IKI menyebutkan 53 relawan IKI dari sebelas kab/kota yaitu Kab. Tangerang, Kota Tangerang, Kab. Serang, Kota Serang, Kab. Lebak, Kab. Bogor, dan Kab. Bekasi,Kab. Bandung, Kota Bandung, Kab. Bandung Barat, dan Kota Cimahi.


Penanggung jawab kegiatan, Suwandi menyatakan kegiatan team building digelar untuk meningkatkan komitmen para relawan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.


"Melalui kegiatan ini, para relawan diharapkan lebih menguasai dan lebih berkomitmen dalam membantu warga kurang mampu untuk mendapatkan akta kelahiran secara cuma-cuma," kata Suwandi.


Ketua III IKI, Saifullah Ma’shum dalam pengantar acara menegaskan kegiatan ini penting karena jumlah relawan IKI sudah sangat besar.

"Dulu pada awal program, jumlah relawan IKI baru tujuh orang. Sekarang

sudah menjadi 70 orang yang mencakup daerah di Banten dan Jabar saja. Belum lagi ada relawan yang bergerak di Kalbar, Kepulauan Riau, dan Sumut. Para relawan ini perlu dikoordinasikan dan dikonsolidasikan agar lebih efektif dalam bekerja,” ujarnya.


Dalam sesi pembukaan kegiatan, Ketua I, Franciscus Welirang menyatakan bahwa akta kelahiran merupakan hak setiap warga negara dan merupakan identitas kewarganegaraan.


"Jumlah bayi yang lahir sekitar empat sampai lima juta setiap tahun. Apakah kesemua bayi yang lahir itu sudah mendapat akta kelahiran? Ini menjadi tantangan kita bersama. IKI berkomitmen untuk membantu pemerintah agar pada suatu saat kelak semua bayi, anak dan warga negara mempunyai akta kelahiran," kata Franky.


Franky mengharapkan, melalui kegiatan ini para relawan dapat berbagi pengalaman. Situasi dan kondisi di lapangan antardaerah berbeda.


"Dengan berbagi pengalaman, wawasan dan pengetahuan para relawan menjadi lebih luas sehingga dapat bekerja dengan lebih efektif dan optimal serta mampu merumuskan solusi mengatasi permasalahan di wilayah kerjanya," kata Franky.


Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017