Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak melemah 15 poin menjadi Rp13.270 dibandingkan posisi penutupan hari sebelumnya pada Rp13.255 per dolar Amerika Serikat (AS).
Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta mengatakan bahwa menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) dengan ekspektasi pemangkasan balance sheet memicu dolar AS terhadap mata uang dunia, termasuk rupiah.
"Dolar AS rebound, terutama pada aset-aset safe haven terutama emas, franc Swiss dan yen Jepang. Rupiah terkena imbas dari pelemahan aset safe haven itu," katanya.
Ia mengemukakan bahwa pemangkasan balance sheet merupakan bentuk kebijakan pengetatan moneter suatu negara dengan menyerap likuiditas atau pasokan uang beredar di pasar keuangan.
Sedangkan faktor internal, lanjut dia, secara fundamental rupiah masih cukup bagus mengingat makroekonmi nasional yang kondusif. Dengan ekonomi yang kondusif maka potensi dana asing masuk ke dalam negeri terbuka lebar dan memicu permintaan rupiah meningkat.
Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga menambahkan bahwa penguatan dolar AS terhadap mata uang dunia, termasuk rupiah relatif terbatas di tengah inflasi Amerika Serikat yang rendah, kondisi itu mengganjal prospek pengetatan moneter seperti kenaikan suku bunga AS (Fed Fund Rate).
Di sisi lain, lanjut dia, menjelang Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada pekan ini, pergerakan rupiah juga bergerak bervariasi. Pelaku pasar menanti kebijakan BI 7-day Reverse Repo Rate.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini (19/9) nilai tukar rupiah melemah ke posisi Rp13.258 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.238 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017