Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Pasar Spot Antar Bank Jakarta, Rabu sore merosot mendekati level Rp8.900 per dolar AS menjadi Rp8.875/8.890 dibanding penutupan hari sebelumnya Rp8.779/8.799 per dolar AS atau melemah 96 poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan pelaku pasar makin aktif melepas rupiah untuk mencari untung, sehingga mata uang lokal itu makin terpuruk. Besarnya volume penjualan rupiah itu diperkirakan untuk mengantisipasi bank sentral AS yang berencana akan menurunkan tingkat suku bunganya. Menurut dia, rupiah memang masih mempunyai ruang untuk menguat lagi, apabila The Fed jadi menurunkan suku bunganya, meski Bank Indonesia (BI) juga diperkirakan akan menurunkan bunga BI Rate. "Kami optimis rupiah akan kembali menguat, namun penguatan itu tidak berlangsung lama, karena itu gerakan rupiah untuk menuju level Rp9.000 per dolar cukup besar," katanya. Rupiah, lanjutnya juga masih mendapat tekanan dari Bank Indonesia (BI) yang melakukan intervensi pasar agar rupiah kembali di atas level Rp9.000 per dolar AS, karena BI mentargetkan rupiah yang stabil berada pada level Rp9.100 sampai Rp9.300 per dolar AS. Penurunan rupiah juga disebabkan adanya perubahan laju pertumbuhan ekonomi yang semula ditargetkan mencapai tujuh persen turun menjadi antara 6,7 sampai 6,9 persen, katanya. Rupiah sepanjang pekan ini, menurut dia diperkirakan masih tertekan pasar, karena pelaku cenderung lebih aktif melepas mata uang lokal itu. Apalagi pemerintah saat ini disibukkan dengan dana Departemen Perikanan dan Kelautan (DKP) yang menimbulkan kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi akan makin sulit berkembang. Mengenai dolar AS, ia mengatakan mata uang asing itu stabil terhadap euro, karena pelaku pasar menunggu bank sentral Eropa yang akan menaikkan suku bunganya dari 3,5 persen menjadi 4 persen. Dolar AS terhadap euro mencapai 1,3517, terhadap yen menjadi 121,42 dan euro terhadap yen pada 164,57 yen.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007