Surabaya (ANTARA News) - Mahasiswa Sistem Komputer Stikom Surabaya Riggy Naufan Nur Ichasan menciptakan sistem hidroponik otomatis yang menjadi metode baru dalam bertani buah tomat cherry sebagai solusi terbatasnya lahan.
Riggy yang ditemui di Surabaya, Senin mengemukakan sistem hidroponik tersebut membantu petani dalam mengoptimalkan hasil panennya di tengah keterbatasan lahan.
"Dengan sistem ini petani tidak memerlukan area yang luas karena alat dapat menyesuaikan suhu dan kelembaban sesuai kebutuhan, buah tomat khususnya, sehingga tanaman dapat tumbuh tanpa mengurangi kualitasnya," ujarnya.
Menurut Riggy, metode tanam seperti ini sangat cocok untuk masyarakat, baik lingkup kecil maupun besar karena semua proses bertani dapat dilakukan dengan rekayasa teknologi.
Ia mengatakan sistem hidroponik yang ia ciptakan menggunakan metode "fuzzy" untuk mengendalikan semua aktuator secara tepat waktu. Logika fuzzy ialah salah satu bentuk "soft computing", yaitu sistem komputasi yang lebih mendasarkan terhadap kemampuan melakukan pemetaan, optimasi, identifikasi serta kemampuan lainnya pada tanaman atau buah.
Cara kerja alat ini, lanjut Riggy, dengan mengendalikan suhu dan kelembaban udara agar tanaman mampu tumbuh secara optimal dalam berbagai kondisi. Dengan alat itu, suhu dan kelembaban dapat secara otomatis menyesuaikan kebutuhan tanaman.
"Saat suhu dan kelembaban yang dibutuhkan tidak sesuai, alat akan bekerja. Setelah mencapai pada nilai yang stabil dan sesuai, alat akan berhenti bekerja. Begitu seterusnya cara kerja alat ini, sehingga tanaman tetap tumbuh optimal walaupun dengan keterbatasan tempat dan tenaga manusia," tuturnya.
Selain itu, hidroponik yang dia kembangkan adalah dengan metode wick. Wick adalah metode hidroponik yang dikembangkan dari water culture. Metode penanaman ini dengan memanfaatkan tangki berukuran besar dengan volume larutan zat hara yang banyak, sehingga dapat menekan fluktuasi konsentrasi larutan pada zat hara.
"Pada larutan hara sistem ini tidak melakukan sirkulasi, akibatnya dapat mengurangi ketergantungan terhadap tersedianya energi listrik. Pada metode wick, kesederhanaan inilah yang menjadikan teknologi ini mudah digunakan oleh petani," kata dia.
Ia berharap alat ini mampu menjawab permasalahan yang ada khususnya untuk budi daya buah tomat cherrydengan lahan terbatas.
Pewarta: Indra Setiawan/Willy Irawan
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017