Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, relatif stabil dan hanya menguat satu poin menjadi Rp13.239 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.240 per dolar Amerika Serikat (AS).
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta mengatakan bahwa pergerakan dolar AS di pasar global, termasuk di dalam negeri cenderung tertahan menyusul pernyataan The Fed mengenai dampak badai Harvey di Texas, Amerika Serikat yang dapat memberatkan aktivitas ekonomi.
"The Fed merevisi outlook pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat untuk kuartal ketiga menjadi 1,3 persen dari 2,1 persen. Penurunan disebabkan perlambatan produksi industri dan juga penjualan retail. Sebagian penurunan manufaktur terkait badai Harvey," paparnya.
Di sisi lain, lanjut dia, menjelang rapat kebijakan moneter The Fed pada pekan ini yang diproyeksikan belum akan menaikan suku bunga acuannya juga turut menjadi faktor penahan laju dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah. Pelaku pasar menilai The Fed akan menaikan suku bunga pada akhir tahun ini.
Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova menambahkan bahwa fundamental ekonomi nasional yang kuat ditambah ekspektasi kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Fed Fund Rate) yang mereda membuat aset-aset berdenominasi dolar AS kurang diminati pelaku pasar uang.
"Kondisi itu membuat dolar AS yang diperdagangkan di pasar valas mengalami penurunan," katanya.
Ia mengatakan bahwa peluang bagi The Fed untuk menaikan suku bunga acuannya pada September ini cenderung sempit di tengah kondisi ekonominya yang kurang stabil, sehingga diproyeksikan The Fed menaikan suku bunga acuannya pada akhir tahun ini.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin ini (18/9) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.238 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.261 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017