Kinshasa (ANTARA News) - Otoritas Republik Demokratik Kongo mengungkapkan, Minggu (17/9), mereka mulai melakukan penyelidikan setelah tentara menembaki para pengungsi Burundi di Provinsi Kivu Selatan di wilayah timur negara itu sehingga menewaskan puluhan orang.
Juru bicara pemerintah RD Kongo Lambert Mende juga mengklaim banyak korban tewas dalam bentrokan tersebut merupakan anggota kelompok bersenjata, tanpa memberikan keterangan lebih jauh.
Misi penjaga perdamaian PBB di RD Kongo MONUSCO mengatakan, Sabtu, sedikitnya 36 pengungsi tewas akibat aksi kekerasan di Kamanyola pada Jumat pekan lalu. Peristiwa tersebut juga menewaskan seorang tentara.
Namun, Mende mempertanyakan kebenaran hal itu dengan mengatakan, "Ada yang bilang mereka membawa Alkitab. Apa bisa seorang letnan Angkatan Darat Kongo tewas akibat dipukul menggunakan Alkitab?"
Sejumlah saksi mata menuturkan kepada AFP bahwa banyak pengungsi Burundi di Kamanyola merupakan korban penindasan atas nama agama karena mereka pengikut nabi perempuan Zebiya, yang mengaku melihat sosok Bunda Maria di Burundi utara.
Pejabat Kementerian Dalam Negeri Josue Boji mengatakan, Sabtu, bentrokan bermula setelah segerombolan pengungsi menyerbu penjara yang dikelola oleh badan intelijen RD Kongo untuk menuntut pembebasan empat rekan mereka yang ditangkap untuk dideportasi pada Rabu malam.
Boji mengatakan tentara berusaha membubarkan kerumunan pengungsi dengan melepaskan tembakan ke udara, tetapi kewalahan ketika para pengungsi membalas dengan melemparkan batu.
Sedikitnya 124 pengungsi juga cedera dalam peristiwa itu, demikian laporan AFP. (ab/)
 
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017