Cape Town (ANTARA News) - Suratkabar saat ini sudah dalam keadaan sekarat dan yang ingin mempertahankan pembacanya sekaligus sintas (survive) di zaman teknologi, harus merangkul dunia "online" dan Ponsel. Pandangan itu dikemukakan Asosiasi Suratkabar se-dunia (WAN) dalam pertemuan di Cape Town, Selasa, seperti dikutip AFP. Para pembicara dalam lokakarya tersebut mengakui suratkabar sudah sekarat namun kemusnahan dapat dihindari dengan memodernkan pendekatan dan memperluas jangkauan secara digital. "Kita harus menyadari bahwa `online` adalah jawabannya, dan kita harus arahkan sumber daya jurnalistik kita ke sana," kata Mario Garcia, pimpinan eksekutif Garcia Media Group dari AS. Dia mengemukakan hal tersebut kepada para wakil kongres ke-60 WAN sekaligus pertemuan ke-14 forum editor sedunia yang berlangsung di kota itu. Dia menerangkan bahwa jalur baru pemberitaan adalah setiap berita terbaru disajikan lewat e-mail atau Ponsel, dilanjutkan dengan berita secara "online" dan ditutup dengan pemuatan berita pada edisi koran di hari berikutnya. Edisi cetak, katanya, hanya sedikit memberi pengulangan dan harus lebih banyak menyajikan sudut baru dengan menggali lebih dalam berita tersebut. "Dewasa ini, anda mesti menganggap pembaca tahu lebih banyak dibanding anda," katanya. Martha Stone, direktur WAN untuk program "mencari bentuk masa depan suratkabar", dalam pertemuan itu mengemukakan, sudah saatnya organisasi media melatih wartawannya agar mampu menyajikan berita sekaligus untuk media cetak, radio, televisi maupun online. "Banyak koran oplahnya turun, tapi jangkauan mereka ke pasar lewat Internet justru meningkat," katanya. Leonard Brody, pimpinan dan salah satu pendiri NowPublic.com, situs web yang mempraktikkan "jurnalistik oleh masyarakat" dan memiliki lebih dari 90 ribu kontributor dari seluruh dunia, menyakini bhwa monopoli media tradisional sudah mendapat saingan dengan kamera Ponsel dan teknologi lainnya yang memungkinkan semua orang mendapatkan berita. "Kita dengan sangat cepat sedang memasuki zaman di mana semua hal terekam," katanya.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007