Surabaya (ANTARA News) - Taruna Akademi Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Darat (Akmil AD), Laut (AAL) dan Udara (AAU), serta Kepolisian (Akpol) menyepakati bahwa kekerasan yang terjadi di lingkungan pendidikan sebagai cara-cara primitif yang harus segera ditinggalkan. "Karena itu menghidupkan hubungan kemitraan di korps taruna adalah suatu keharusan," demikian salah satu hasil sidang pleno taruna Akademi TNI dan Akpol yang disampaikan Kepala Bagian Penerangan (Kabagpen) Akademi Angkatan Laut (AAL), Mayor Laut (KH) Drs Yayan Sugiana, di Surabaya, Rabu. Seminar di sela-sela kegiatan Pekan Integrasi dan kejuangan Taruna (Piktar) XIX di Kampus AAL Surabaya pada 4 hingga 9 Juni 2007 itu diikuti 1.422 taruna dari Akademi Militer (Akmil AD) Magelang, AAL Surabaya, Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta dan Akpol Semarang. Menurut Yayan, para taruna menilai bahwa hubungan kemitraan harus dijabarkan dalam bentuk pengasuhan dengan keteladanan, menghilangkan tradisi buruk, serta mengutamakan penghargaan dan hukuman (reward and punishment) non-fisik dalam memberikan tindakan. "Namun demikian, mereka menekankan bahwa hubungan kemitraan ini dilaksanakan dengan tetap menjaga hirarki, karena hirarki telah menjadi ciri khas TNI dan Polri. Dalam hubungan ini peranan para senior perlu ditempa karena mereka merupakan motor penggerak taruna lainnya," katanya. Dikatakannya, dalam hubungan kemitraan itu fungsi keluarga asuh korps taruna, baik di lingkungan Akademi TNI maupun Akpol, juga perlu ditingkatkan sampai dengan level terendah, sehingga proses pengasuhan dapat berlangsung secara optimal. Mengenai disintegrasi dan ancaman, baik dari dalam maupun dari luar, peserta seminar berkesimpulan bahwa TNI dan Polri harus berpegang teguh pada jati diri masing-masing. "TNI harus berprilaku sebagai tentara rakyat dan tentara pejuang, sementara Polri harus menyadari tugasnya, yakni melindungi, mengayomi, dan melayani," katanya. Menurut Yayan, para taruna juga menekankan bahwa sosialisasi hukum dan HAM bagi anggota TNI dan Polri juga harus dikenalkan sejak dini sehingga tidak terjadi hal-hal tidak diinginkan saat mereka bertugas kelak. Peserta seminar terdiri atas perwakilan taruna Akmil, kadet AAL, karbol AAU, dan taruna Akpol. Tema dari seminar itu adalah "Aktualisasi Peran Taruna Senior dalam Membangun Kehidupan Korps yang Sehat". Seminar akan berlanjut pada pembahasan materi oleh tim perumus hingga 7 Juni 2007 sebelum menginjak Sidang Pleno II pada 8 Juni 2007. Selain kegiatan seminar, Piktar yang dilaksanakan setiap dua tahun sekali itu memperlombakan sejumlah cabang olahraga umum dan militer. Empat cabang olah raga militer yang dipertandingkan adalah, lari lintas alam, renang militer, menembak senapan (kaliber 5,56 mm), menembak pistol "centre fire" (kaliber 9 mm). Untuk tujuh cabang olah raga umum meliputi bola voli, tenis lapangan, tenis meja, bulu tangkis, renang umum, atletik dan karate (kata). Para taruna juga mendapat kesempatan menunjukkan kemampuannya pada cabang olah raga eksibisi futsal, lomba dayung perahu naga, basket dan menembak reaksi (pistol dan senapan). Kompetisi lainnya adalah latihan kepemimpinan, meliputi, seminar, debat dalam bahasa Inggris dan kuis. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007
sesama penegak perdamaian ..........
mari lah pak polisi n pak tni pada bersatu.........
tak usah saling berebut simpakti masyarakat.................
cz smw,,,,,,,,,,,
is the best kuk di mata masyarakat,
tetep jd pahlawan bangsa
commen cm stu..........
np si..............
polisi m tni nd pnh akur...........
dlu pnh ad khasus di daerah ambon..............
gnjatan senjata antara plisi n tni ad..............
cm krn kesalah fahama salah stu anggota nya berebut ce..................