Pegulat asal Kalimantan Timur itu memastikan meraih medali perunggu setelah dalam semifinal gulat tradisional kelas 70 kg kalah dari pegulat putri tuan rumah Nasiba Surkiyewa dengan skor 1-2 di Main Indoor Arena Asghabat, Sabtu.
Manajer tim gulat tradisional Indonesia Yahya Madjid mengaku bangga atas prestasi Anita walau hanya meraih perunggu. Pasalnya, merupakan penampilan perdananya di nomor gulat tradisional.
"Saya bangga dengan capaiannya meskipun perunggu. Dia hanya kalah pengalaman bertanding saja," kata Yahya dalam keterangannya.
Pengurus Besar Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PB PGSI) juga mengapresiasi keberhasilan Anita ini dalam meraih perunggu di AIMAG 2017 dan berjanji akan mengembangkan nomor ini sebagai persiapan untuk menghadapi kejuaraan multicabang.
"Kami bangga atas hasil ini. Ke depannya kita harus mengembangkan gulat tradisional yang sedang diupayakan untuk bisa dipertandingkan di berbagai multievent agar kita tidak ketinggalan," ujar Sekjen PB PGSI Washinton Galingging.
Keberhasilan Anita ini diharapkan menjadi pelecut semangat atlet kontingen Indonesia lainnya untuk bisa meraih medali di Asghabat.
"Luar biasa perjuangan Anita yang menjadi penyumbang medali pertama bagi kontingen Indonesia di AIMAG. Semoga para atlet lain yang akan bertanding bisa termotivasi meraih medali emas," katanya Ketua Kontingen AIMAG Indonesia Andika Monoarfa.
Indonesia sendiri menurunkan 140 atlet pada ajang Asian Indoor Martial Art Games di Turkmenistan, mulai 17 hingga 27 September.2017. Mereka akan tampil di 13 cabang olahraga, yaitu taekwondo, angkat besi, trek cycling, catur, tenis indoor, basket 3 x 3, gulat, gulat tradisional, gulat belt, boling, jujitsu, kurash, dan sambo.
"Ini bagian dari pertandingan-pertandingan menuju Asian Games 2018. Di AIMAG, kita tidak menarget jumlah medali, tetapi hanya meminta seluruh atlet tampil maksimal dan menambah pengalaman menuju Asian Games 2018," ujar Andika.
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017