Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah menurun tajam Rabu pagi ke posisi di atas Rp8.800 per dolar AS menjadi Rp8.825/8.835 dibandingkan dengan penutupan hari sebelumnya sebesar Rp8.779/8.799 per dolar AS atau melemah 56 poin. Analis Valas PT Bank Niaga Tbk, Noel Chandra, di Jakarta mengatakan, aksi lepas rupiah merupakan faktor utama melemahnya mata uang lokal itu yang didukung oleh isu bahwa BI Rate berpeluang untuk turun lagi. Penurunan BI Rate akan terjadi melihat laju inflasi Mei 2007 hanya sekitar 0,10 persen, ujarnya. Rupiah, menurut dia, juga tertahan oleh aksi Bank Indonesia (BI) yang terus memantau bahkan melakukan intervensi untuk tidak menjauh dari level Rp8.800 per dolar AS. Karena itu, pergerakan rupiah terhadap dolar AS dalam sepekan ini berada dalam kisaran antara Rp8.790 sampai Rp8.850 per dolar AS, katanya. Menurut dia, penurunan rupiah juga disebabkan adanya perubahan laju pertumbuhan ekonomi yang semula ditargetkan mencapai tujuh persen diubah rata-rata di bawah tujuh persen pada kisaran antara 6,7 sampai 6,9 persen. Apalagi BI juga mentargetkan rupiah yang stabil berada pada level antara Rp9.100 hingga Rp9.400 per dolar AS, sehingga pelaku lebih cenderung melakukan spekulasi jual untuk mencari untung, ucapnya. Rupiah, lanjutnya, masih mempunyai ruang untuk menguat, apabila bank sentral AS (The Fed) berencana menurunkan suku bunganya pada akhir tahun ini. Rencana The Fed itu menimbulkan kegembiraan bagi eksportir, karena AS merupakan negara tujuan ekspor utama para negara-negara Asia, katanya. Amerika, menurut dia, masih dilanda kekhawatiran terhadap inflasi yang cenderung tinggi, meski disisi lain, data tenaga kerja AS dan manufaktur cenderung membaik. Mengenai dolar AS, ia mengemukakan mata uang asing itu stabil terhadap euro, karena pelaku pasar menunggu bank sentral Eropa yang akan menaikkan suku bunganya dari 3,5 persen menjadi 4 persen. Dolar AS terhadap euro mencapai 1,3517, terhadap yen menjadi 121,42 dan euro terhadap yen pada 164,57 yen. (*)
Copyright © ANTARA 2007