Jakarta (Antara) -- Pemerintah terus melakukan berbagai macam cara untuk menghemat penggunaan energi nasional baik melaui penerbitan aturan sampai melakukan program kampanye penggunaan energi baru terbarukan (EBT) untuk menggantikan energi fosil yang semakin hari semakin menipis jumlahnya.
Untuk kembali menyadarkan masyarakat akan penggunaan energi alternatif tersebut Majalah Gatra menggelar Anugerah Energi Lestari 2017 dengan memberikan 11 penghargaan kepada perusahaan, kelompok masyarakat, pemerintah dan pemerintah daerah yang dianggap memiliki kepedulian terhadap upaya pelestarian energi di wilayah masing-masing
Menteri ESDM Ignasius Jonan dalam sambutannya mengatakan, EBT saat ini memang diperlukan mengingat ketersediaan cadangan energi minyak bumi dan gas (migas) akan habis dalam beberapa tahun mendatang.
"EBT ini wajib kita kembangkan. Kita bisa ambil contoh di Uni Emirat Arab yang merupakan salah satu pelopor EBT paling serius. Mereka bangun pembangkit listrik tenaga surya. Bahkan Arab Saudi sudah mencanangkan sampai 2030 membuat pembangkit listrik tenaga surya dengan kapasitas 50 GW," katanya saat menghadiri acara tersebut di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Jumat (16/9).
Menurut Jonan, saat ini Indonesia memiliki potensi energi baru terbarukan (EBT) yang sangat besar mencapai 443 GW. Sumbernya beragam dan terbilang lengkap. Seperti energi air sebesar 75 GW, panas bumi 29 GW, matahari 207 GW, bioenergi lebih dari 102GW hingga energi arus laut mencapai 17,9 GW.
"Bisa dibilang porsi EBT dalam bauran energi nasional masih sangat kecil yaitu 6 persen. Padahal targetnya 23 persen pada 2025. Tentu bukan hal yang mudah untuk mencapai target tersebut. Apalagi ada sejumlah kendala yang dihadapi, seperti harga EBT yang belum kompetitif hingga penguasaan teknologinya. Untuk mengatasi berbagai kendala itu pemerintah melakukan beragam upaya dalam meningkatkan prosentase penggunaan EBT dalam bauran energi nasional. Langkah ini juga didukung perusahaan yang bergerak di bidang EBT baik BUMN maupun swasta," katannya.
Salah satu penerima penghargaan di ajang itu adalah Kementerian Pekerjaan Umum dan perumahan Rakyat (PUPR) untuk kategori konservasi energi melalui penerapan bangunan ramah lingkungan (green building) Kementerian PUPR.
Tim panelis yang terdiri dari Pemimpin Redaksi Majalah Gatra Carry Nadeak, Ketua Masyarakat Energi Baru Terbarukan Indonesia (METI) Surya Darma, dan Tenaga Ahli EBTKE Faisal Rahadian memberikan penghargaan kepada Sekretaris Jenderal PUPR Anita Firmanti.
"Penghargaan ini sangat penting untuk Kementerian PUPR dalam rangka mendorong masyarakat menerapkan green building di Indonesia apalagi saat ini banyak aktivitas gedung perkantoran menggunakan AC dan listrik yang sangat boros sehingga membuat produksi gas CO2 semakin meningkat," katanya.
Gedung Kementerian PUPR memiliki ruang terbuka hijau yang luas, punya zero run off, pembatasan sirkulasi kendaraan bermotor, jalur pejalan kaki yang terintegrasi termasuk untuk difabel, pengembangan sistem mekanikal, elektrikal, plumbing (MEP) serta manajemen persampahan yang terintegrasi. Tidak hanya itu saja, gedung utama Kementerian PUPR memiliki kemampuan untuk menghemat listrik sampai 40 persen dengan mengandalkan desain keseluruhan gedung melalui penerangan alami sinar matahari siang hari dan juga menerapkan sensor penerangan otomatis yang akan memadamkan lampu ketika tidak ada orang di setiap ruangannya.
Adapun para penerima penghargaan itu adalah :
1. Kategori Investasi, diraih oleh PT Supreme Energy.
2. Kategori Pengusahaan Yang Agresif Dalam Pengembangan Potensi Panas Bumi Terbesar, diraih oleh Sarulla Operations Limited.
3. Kategori Perintis Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dan Masih Beroperasi, diraih oleh PLTP Kamojang.
4. Kategori Industri Turbin Energi Terbarukan Skala Kecil Dengan Jumlah Produksi Terba
Pewarta: Primasatya
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2017