Palangka Raya (ANTARA News) - Satu bayi orangutan jenis kelamin laki-laki usia tiga tahun yang sempat diselundupkan ke Negara Kuwait akhirnya kembali dengan selamat ke Program Reintroduksi Orangutan Yayasan BOS di Nyaru Menteng, Provinsi Kalimantan Tengah.
Gubernur Kalteng Sugianto Sabran melalui rilis di Palangka Raya, Jumat, mengapresiasi upaya dan kerja keras yang dilakukan berbagai pihak dalam menyelamatkan dan memulangkan bayi orangutan bernama Taymur dari Negara Kuawit ke Pulau Kalimantan.
"Orangutan bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan kami di Pulau Kalimantan ini. Jadi, kami semua bahagia bisa menerima kembali si Taymur di rumahnya. Dia adalah simbol dari kekayaan alam yang harus kita jaga dan lestarikan," kata Sugianto.
Orang nomor satu di provinsi berjuluk "Bumi Tambun Bunga-Bungai Pancasila" ini menegaskan orangutan tidak dilahirkan untuk tinggal di kandang atau hidup sebagai hewan peliharaan. Orangutan wajib hidup liar dan bebas di habitatnya, yakni di hutan.
"Saya beserta jajaran di Pemprov Kalteng siap mendukung program konservasi yang dilaksanakan bersama seluruh organisasi dan lembaga konservasi. Mari kita bergandeng tangan untuk menjaga hutan kita dan seluruh kekayaan alam yang kita miliki," kata Sugianto.
Sementara itu, Kepala Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng Adib Gunawan mengatakan upaya pelestarian orangutan di provinsi ini tanggung jawab bersama, baik itu pemerintah maupun seluruh lapisan masyarakat.
BKSDA Kalteng sebagai perpanjangan tangan Pemerintah Pusat dalam penyelenggaraan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem, pengelolaan kawasan konservasi serta konservasi tumbuhan dan satwa liar di luar kawasan konservasi bekerja sama erat dengan seluruh pemangku kepentingan di provinsi ini.
"Kami di BKSDA sangat menghargai upaya konservasi yang dilaksanakan oleh berbagai organisasi termasuk Yayasan BOS yang berperan signifikan dalam membantu memulangkan dan merehabilitasi tujuh orangutan hasil repatriasi dalam 3 tahun terakhir," kata Adib.
Pewarta: Jaya Wirawana Manurung
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017