Pekalongan (ANTARA News) - Produksi getah pinus di Perum Perhutani KPH Pekalongan Timur, Jateng, pada 2007 diperkirakan akan turun 200 ton dari tahun sebelumnya yang mampu mencapai 5.400 ton. "Turunnya getah pinus ini diakibatkan terjadinya penebangan pohon yang dilakukan secara liar," kata Administratur KPH Pekalongan Timur, Imam Fuji di Pekalongan, Rabu. Menurut dia, untuk mengefektifkan produksi getah pinus ini, pihak perhutani tengah menertibkan pendistribusian getah pinus ke luar daerah ini. Selain itu, kata dia, perhutani saat ini juga tengah berusaha secara maksimal untuk mengatasi pencurian getah pinus yang waktu lalu sering terjadi. Beberapa waktu lalu, kata dia, perhutani sempat menghentikan distribusi getah keluar guna mengetahui jaringan distribusi getah yang tidak resmi. "Namun, karena getah itu memang dibutuhkan oleh masyarakat khususnya produsen batik, maka kini kami buka kembali," ujarnya. Namun demikian, kata dia, upaya penertiban tetap dilakukan yaitu dengan menempelkan stiker di kendaraan resmi pengangkut getah pinus. "Bagi kendaraan yang tidak ditempeli stiker berarti itu tidak resmi dan kami telah minta aparat berwajib untuk segera menangkapnya," katanya. Pembuatan stiker itu, kata dia, selain untuk mengupayakan penertiban juga sebagai cara pengetatan keluar masuknya getah. "Memang getah dari hasil pembalakan yang keluar tidak begitu banyak tetapi tindakan itu sangat merugikan baik bagi perhutani maupun masyarakat," katanya menandaskan. Pengurus Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Pekalongan Timur Murtadho mengatakan, pencurian getah pinus di hutan milik Perhutani juga merugikan masyarakat, sebab dari bagi hasil penjualan, para penderes juga akan mendapatkan kompensasi. "Jika getah itu dicuri otomatis uang bagi hasil itu akan hilang," katanya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007