Solo (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengajak pemuda khususnya para mahasiswa untuk memerangi radikalisme dan terorisme yang keberadaannya masih terasa di dalam negeri.
"Dalam hal ini pemerintah tidak bisa sendirian memerangi terorisme dan radikalisme, perlu ada dukungan dari seluruh pihak di antaranya masyarakat umum, perguruan tinggi, dan mahasiswa," kata Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol Hamli pada Dialog Pelibatan Lembaga Dakwah kampus (LDK) dan Birokasi Kampus Dalam Pencegahan Terorisme Melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme di Kampus Universitas Sebelas Maret Solo, Jawa Tengah, Rabu.
Ia mengatakan upaya yang dapat dilakukan di antaranya menguatkan nilai-nilai lokal, budaya, dan kearifan lokal.
Ia mengatakan masyarakat Indonesia yang mayoritas umat beragama sangat menjunjung toleransi dan pemerintah patut memberikan perhatian besar terhadap generasi muda yang bertindak sebagai garda depan bangsa dalam memerangi radikalisme dan terorisme.
Hamli mengakui keberadaan virus radikalisme dan terorisme sendiri bisa melalui bermacam-macam cara, baik itu "offline" maupun "online". Untuk cara "offline" sebagai contoh adalah melalui rumah ibadah dan kos-kosan. Sedangkan melalui "online" bisa lewat berbagai macam media sosial, seperti Facebook, WhatsApp, Twitter, dan Telegram.
"Kalau kampus sebenarnya secara garis besar banyak yang menolak paham ini dan kebanyakan kampus juga tidak mau barang ini masuk. Tetapi untuk yang keberadaannya sedikit-sedikit ini kan tetap harus diperhatikan. Kecil kalau dibiarkan kan jadi terus. Oleh karena itu, harus ada upaya dari pemerintah maupun masyarakat," katanya.
Ia mengatakan dari yang sudah-sudah, jumlah mahasiswa di setiap kampus yang terkena virus radikalisme dan terorisme sekitar 1-3 mahasiswa. Meski sedikit, kondisi tersebut tetap perlu menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat.
"Kalau radikalnya masih sebatas pemikiran ya dibiarkan saja dulu, kami tetap memberikan pemahaman untuk menyadarkan mereka. Sedangkan untuk yang sudah melakukan aksi ya harus ditangkap," katanya.
Terkait dengan tren keberadaan virus radikalisme dan terorisme tersebut dari tahun ke tahun, dikatakannya, tergantung pada kondisi global.
Menurut dia, jika situasi di tingkat global mulai memanas, maka kondisi di dalam negeri juga akan mengikutinya, begitu juga sebaliknya.
"Meski demikian, kami terus melakukan langkah pencegahan termasuk penangkapan. Pada dasarnya sudah menjadi kebijakan negara untuk menanggulangi terorisme. Bukan pelakunya tetapi ideologi yang keliru dan tidak sesuai dengan cita-cita bangsa," katanya.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UNS Prof Darsono menyatakan UNS memiliki komitmen yang sangat kuat terhadap pencegahan radikalisme dan terorisme. Oleh karena itu, pihaknya menyambut baik kegiatan BNPT dan FKPT tersebut dilaksanakan di kampus UNS.
"UNS adalah kampus yang Bhinneka Tunggal Ika. Mahasiswa yang belajar di sini datang dari seluruh Indonesia, bahkan dari mancanegara banyak juga yang menimba ilmu di sini. Kami menerima dengan senang hati jika kampus UNS dijadikan tempat kegiatan ini. Mudah-mudahan melalui kegiatan ini nanti dapat memberikan sumbangsih bagi kemajuan pencegahan radikalisme dan terorisme di tanah air," katanya.
Pewarta: Aris Wasita Widiastuti
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017