Madrid (ANTARA News) - Petenis nomor satu dunia asal Spanyol Rafael Nadal mengkritik rencana referendum kemerdekaan yang diserukan oleh pemerintahan Catalunya pada 1 Oktober.
Referendum tersebut dianggap ilegal oleh pemerintah Spanyol dan Mahkamah Konstitusional negara itu.
"Saya pikir yang direncanakan pada 1 Oktober seharusnya tidak terjadi karena, menurut saya, semua orang harus menghormati hukum," ujar Nadal kepada surat kabar Spanyol El Mundo pada Selasa.
Nadal (31) merupakan pahlawan nasional di negaranya setelah membukukan kemenangan ke-16 dalam karier Grand Slam di US Open pada Minggu.
Namun, Nadal, yang besar dan tinggal di kepulauan Belears, Mallorca, juga berbicara dengan bahasa Catalunya.
Tahun ini, arena tengah di Royal Tennis Club Barcelona yang menyelenggarakan turnamen Barcelona Open diganti namanya menjadi Rafael Nadal Court.
"Saya merasa sangat dekat dengan warga Catalunya dan saya juga merasa menjadi sangat Spanyol," tambah Nadal.
"Saya tidak tahu bagaimana Spanyol jadinya tanpa Catalunya. Saya tidak ingin memahaminya atau melihatnya," katanya seperti diwartakan AFP. (kn)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017