Kita harapkan tahun depan itu jadi `take over` kita akan mulai banyak yang kita ambil dari porsi `maintenance`."
Jakarta (ANTARA News) - PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia tidak mengincar terlalu banyak porsi penyerapan pasar domestik perawatan pesawat tahun ini di mana baru mencapai 32 persen.
Direktur Utama GMF Iwan Juniarto kepada Antara di Jakarta, Selasa, mengatakan hal itu dikarenakan pihaknya akan melepas penawaran saham perdana kepada pubik (IPO) pada akhir tahun ini, yaitu Oktober 2017.
"Karena IPO baru akhir tahun yang tersisa tinggal dua bulan ini, jadi kita tidak berharap banyak," katanya.
Iwan menyebutkan peningkatan porsi pasar domestik hanya di bawah lima persen sampai akhir tahun ini (2017), sampai tujuh persen pada awal tahun depan (2018).
"Kita harapkan tahun depan itu jadi take over kita akan mulai banyak yang kita ambil dari porsi maintenance," katanya.
Saat ini GMF baru menguasai pasar domestik untuk perawatan pesawat sebanyak 32 persen, sementara itu 15 persen oleh Batam Aero Technic milik Lion Air Group dan 51 persen masih dipegang oleh perusahaan perawatan pesawat asing.
Iwan menuturkan langkah awal yang akan dilakukan adalah menarik induk perusahaan terlebih dahulu, yaitu Garuda Indonesia, untuk memaksimalkan menggunakan jasa perawatan di GMF.
Dia menyebutkan sebesar 10-11 persen, Garuda Indonesia masih menggunakan jasa perawatan pesawat di luar negeri.
"Sebenarnya kita tidak perlu berpikir macam-macam karena di lingkungan Garuda sendiri ada sekitar 10-11 persen yang bisa kita ambil dari perawatan pesawat di luar," katanya.
Lebih lanjut, dia mengatakan, di Garuda Group sendiri porsi perawatannya sudah mencapai 67 persen dan 33 persen masih menggunakan jasa di luar GMF.
"Perhitungan kita 10 sampai 11 persen dari angka itu, bisa kita rawat di dalam negeri, biaya perawatan yang kita harapkan menurun dan akan memberikan efisiensi ke pelanggan kita," katanya.
Sementara itu, Iwan mengaku dalam lima tahun ke depan, pihaknya juga pesimistis tidak akan mencapai 50 persen penguasaan pasar domestik perawatan pesawat.
"Karena kita harus lihat investasi yang menguntungkan, ada investasi yang besar tapi pengembaliannya lama, contohnya merawat mesin pesawat berbadan besar," katanya.
Dalam penawaran saham perdana, GMF mengincar dana bersih 200-250 juta dolar AS dengan saham yang ditawarkan sekitar 10 miliar lembar dan harga per lembar dipatok Rp390-510.
Saat ini, GMF sudah membukukan laba hingga Semester I 2017, yaitu 202 juta dolar AS dari target hingga akhir 2017, yaitu 424 juta dolar AS.
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017