Jakarta (Antara) -- Dalam rangka wujudkan visi menjadi perusahaan reasuransi nomor 1 di Asean, Indonesia Re siap bertransformasi menjadi perusahaan yang lebih digital.
Di era serba digital, teknologi memegang peran penting dalam mengubah perilaku kebiasaan nasabah asuransi dalam mengakses informasi serba cepat, mudah dan murah. Mereka tidak mau lagi dipusingkan dengan banyaknya rangkaian proses yang memperumit akses informasi apalagi sampai mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
Direktur Indonesia Re Adi Pramana mengatakan, saat ini Indonesia Re sudah menyiapkan IT Masterplan 2017-2021 yang meliputi strategi teknologi untuk mendukung pencapaian rencana dan target bisnis yang sudah ditetapkan perusahaan.
"Dengan adanya masterplan itu maka Perusahaan memiliki road map untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang demi mencapai visi menjadi reasuransi nomor 1 di Asean pada tahun 2020," ujar Adi saat ditemui di kantor Indonesia Re, Rabu (06/8).
IT Masterplan tersebut meliputi pengembangan aplikasi Android Indonesia Re Client Portal, sistem host to host (B2B) untuk transaksi online, penggunaan Big Data Analytical Process melalui teknologi Data Management Service (DMS) & Workflow System, dan peningkatan keamanan data ceding melalui penguatan data center dan data recovery center.
"Kami menggelontorkan investasi lebih dari Rp 15 miliar hanya selama 2017. Investasi tersebut difokuskan pada pembelanjaan IT," paparnya.
Menurut Adi, dalam penyusunan masterplan tersebut, perusahaan berusaha untuk menutup celah yang ada antara target bisnis yang sudah ditetapkan dengan kondisi infrastruktur yang sudah ada melalui kehadiran teknologi digital.
Ditemui di kesempatan terpisah, MIS Group Head Indonesia Re Jesa Ariawan, menambahkan Indonesia Re juga kini tengah mengadopsi penggunaan Data Management Service (DMS) dan Workflow System yang memungkinkan digitalisasi segala proses pengelolaan data, terutama terkait New Excellent Service (NES), layanan pelaporan klaim yang memungkinkan ceding menerima pencairan klaim hanya dalam waktu 10 hari sejak persetujuan klaim.
"Bahkan untuk NES, yang tadinya membutuhkan waktu proses hingga 10 hari, nantinya diperkirakan bisa dipangkas menjadi hanya 1-2 hari saja," kata Jesa.
Penggunaan Big Data Analytical Process, lanjut Jesa, akan memainkan peran penting di sektor bisnis seperti reasuransi dan asuransi karena bersifat jangka panjang. Teknologi ini akan sangat memudahkan perusahaan reasuransi dan asuransi dalam memantau profil risiko nasabah atau aset secara otomatis dan bahkan dari jarak jauh.
Pewarta: Primasatya
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2017