Moskow (ANTARA News) - Polisi Rusia menahan puluhan dari sekitar 200 orang yang berdemonstrasi di Saint Petersburg pada Minggu (10/9) untuk memprotes penindasan terhadap warga muslim Rohingya di Myanmar.
Alun-alun di kota itu dikelilingi mobil kepolisian dan polisi menggiring mereka menjauhi mobil menurut laporan koresponden AFP di lokasi kejadian, yang mengatakan bahwa lebih dari 100 orang diamankan dalam unjuk rasa tanpa izin tersebut.
"Saudara-saudara kami ditahan! Mengapa umat Islam selalu disalahkan. Mengapa mereka menahan kami?" teriak salah satu demonstran.
"Mengapa kami tidak boleh unjuk rasa," keluh seorang demonstran lain, Makhmud (45).
"Kami cemas dengan apa yang menimpa saudara-saudara kami di Myanmar."
Derita minoritas Rohingya di Myanmar, tempat sekitar 300.000 orang melarikan diri dari penindasan di tempat mereka tinggal ke negara tetangga Bangladesh, memicu beberapa aksi protes di Rusia, khususnya setelah seruan dari orang kuat Chechen Ramzan Kadyrov.
Ribuan orang di kota utama Chechnya, Grozny, pekan lalu berunjuk rasa sementara Kadyrov menyeru Moskow "menghentikan pertumpahan darah ini".
Namun Moskow diam soal Myanmar. "Kami menentang semua bentuk kekerasan," kata Putin, Selasa, ketika ditanya tentang posisi Kadyrov, menambahkan bahwa "semua orang berhak menyampaikan pendapat terlepas dari jabatannya."
Rusia dan Myanmar merupakan sekutu yang meneken kesepakatan kerja sama militer tahun lalu. Moskow merupakan eksportir pesawat militer dan senjata artileri ke negara ASEAN tersebut.(ab/)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017