Bogor (ANTARA News) - Guru Besar Bidang Keamanan Pangan dan Gizi Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (FEMA-IPB) Prof Ahmad Sulaeman, Ph.D menyatakan bahwa budidaya lebah trigona sebagai penghasil madu dan propolis yang ramah lingkungan turut membantu melestarikan hutan yang merupakan habitat para lebah.
"Sekarang ini eranya ekonomi ramah lingkungan (green economic), budidaya lebah trigona ini juga menjaga kelestarian alam, mengajak masyarakat menjaga hutan dan tanaman, karena lebih ini makannya daun apa saja yang ada di hutan," kata Ahmad disela Pameran Inovasi dan Kewirausahaan IPB, di Botani Square, Kota Bogor, Jumat.
Sejak lima tahun silam IPB telah meneliti kandungan propolis dari sarang lebah trigona. Berawal dari kunjungan tim peneliti IPB ke peternak lebah di wilayah Sulawesi Selatan. Lebah trigona termasuk lebah yang tidak menyengat. Sering disebut Lebah Teuwel, Klencing atau Kelulut.
"Lebah trigona ini tidak dibudidayakan karena bersarang di dalam pohon, dalam tanah dan batu, sehingga susah untuk dipanen," katanya.
Berawal dari situ, salah satu petani yang menjadi mitra IPB mencoba membudidayakan lebah trigona yang biasanya di dalam pohon, dibuatkan rumahnya. Budidaya dilakukan oleh petani di Musamba, Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
Selama ini lanjut Ahmad, peternak lebah hanya mengambil madunya saja. Sedangkan sarang dari lebah Trigona dibuang, tidak termanfaatkan, bahkan dibuat kepalan untuk mengusir anjing di sekitar kebun.
IPB mencoba melakukan penelitian kandungan dalam sarang lebah trigona yang ternyata juga memiliki kandungan propolis sama seperti lebah lainnya.
Uji coba yang dilakukan seperti uji antioksidan, anti bakteri, anti diabetes, anti tubercolosis, imonomodulator, sampai uji untuk anti emetik yakni trismester pertama pada ibu hamil.
"Sarang lebah trigona kita ekstrak, dari sana diujicobakan, mengandung propolis yang sama khasiatnya dengan propolis yang dihasilkan Brazil," katanya.
Ahmad menyebutkan dari hasil pengujian tersebut terbukti sarang propolis lebah trigona berkhasiat, lalu dipasarkan dan dipatenkan. Kini telah diproduksi oleh CV Nutrima yang ada di Bogor.
"Propolis trigona ini sudah dipasarkan sejak satu tahun ini, tersedia di Serambi Botani, dan toko-toko obat tradisional," katanya.
Propolis trigona memiliki khasiat, meningkatkan kekebalan tubuh, daya tahan tubuh, terbukti membantu proses penyembuhan penderita TBC, terbukti imunomodulator, dan sedang dilakukan pengujina emesis.
Dari sisi ekonomi, propolis trigona dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Lebah tersebut dapat dipanen dalam waktu empat bulan. Untuk membudidayakan lebah Trigona, petani cukup menyediakan sarangnya saja.
"Sekali panen bisa menghasilkan 600 mili liter sampai satu liter madu, dan 0,5 kg propolis," katanya.
Untuk membangun kandang lebah tidak memerlukan lahan yang besar, ukuran rumah sekitar 25 cm x 70 cm, dengan luasan lahan terbatas petani bisa memiliki 100 rumah lebah yang bisa diletakkan di pinggir hutan.
"Petani bisa bekerja sama dengan Perhutani untuk menyimpan rumah lebah, tidak perlu keluar uang banyak untuk memeliharanya, cukup dengan menjaga hutan tetap lestari, jangan menebang hutang," kata Ahmad.
Harga satu liter madu trigona mencapai Rp150 ribu, sedangkan propolis ukuran 100 mili liter dijual Rp100 ribu. Untuk produksi 600 mili liter sampai satu liter madu, petani mendapat keuntungan yang cukup besar. Termasuk dari 0,5 kg propolis yang dihasilkan.
"Kalau dihitung-hitung, kita simpan sarang lebah trigona kita pelihara dengan menjaga hutan. Dalam waktu empat bulan sudah bisa menghasilkan pendapatan dari madu dan propolis," katanya.
Menurut Ahmad permintaan madu dan propolis trigona cukup tinggi. Untuk pemasaran di Serambi Botani IPB setiap bulannya menyuplai satu ton madu trigona.
Ahmad menambahkan saat ini budidaya lebah trigona telah berkembang di masyarakat. Ada 100 petani lebah yang menjadi binaan IPB. Mereka tersebar di wilayah Menda, Papak Barat, Kalimatan Timur, Kalimantan selatan, Bintang, Bogor dan Pandeglang.
"Secara ekonomi, budidaya madu dan propolis trigona sangat menjanjikan dan ramah lingkungan," kata Ahmad.
Pewarta: Laily Rahmawaty
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017